Find Us On Social Media :

Kisah Indra Qadarsih, Putera Titi Qadarsih yang Bebas dari Narkoba Tanpa Obat

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 23 Oktober 2018 | 17:45 WIB

Intisari-Online.com – Mantan peragawati yang juga artis serba bisa, Titi Qadarsih, meninggal dunia pada Senin (22/10) pukul 12.00 WIB karena kanker usus yang dideritanya.

Kisah Titi Qadarsih juga tidak lepas dari kisah putera sulungnya yang pernah terjerat Narkoba.

Berikut ini kisahnya seperti ditulis oleh Nis Antari, Cihuy! Indra Bebas Narkoba, yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 2006.

Berkat keyakinan diri yang kuat, upaya Indra Qadarsih lepas dari kecanduan narkoba akhirnya berbuah manis.

Tanpa obat, putra Titi Qadarsih itu berhasil menahan efek sampingan narkoba yang bertahun-tahun dikonsumsinya. Tak hanya bebas narkoba, kini ia mengaku lebih produktif dalam berkarya.

Baca Juga : Titi Qadarsih: Jadi Model Memang Bisa Merusak Hubungan, Banyak Godaan Pria Iseng

Tubuh Indra Qadarsih turun sekitar 20 kilo sejak ia mengonsumsi narkoba tahun 1994. Ingin lepas, tapi sudah telanjur. Untung saja ia punya tekad kuat untuk sembuh.

"Masak kita kalah sama narkoba?'' aku Indra (35), salah seorang sound engineer dan personil band BIP. Indra mengenal narkoba dari lingkungan studio, tempatnya nongkrong.

Suatu hari, salah seorang tamu studio membawa serbuk putih. Orang yang mengaku dari Bali itu menyebutnya putaw.

Orang itu membujuk, Rolling Stones juga pake ini. "Wah, keren dong! Saya jadi pengin ngerasain, gratis lagi," ungkap Indra yang saat itu masih bergabung dalam grup musik Slank.

Baca Juga : Titi Qadarsih Meninggal Dunia, Minum 2 Cangkir Kopi Sehari Bisa Turunkan Risiko Kanker Usus

Pertama mencoba, ia muntah. Tapi lama-kelamaan ketemu juga enaknya. Seperti terbang, lalu mengantuk. Ujung-ujungnya ingin tidur melulu. Seminggu kemudian badannya demam.

Minum obat warung penurun panas tak mempan. Ia mengira akibat kehujanan. Ketika seorang teman mem berinya rokok, seketika sakitnya hilang dan tubuhnya langsung segar.

"Di situlah saya tahu, saya sakaw. Rupanya, rokok itu dicampur putaw. Besoknya, saya beli lagi supaya badan tak sakit. Mula-mula sedikit, lama-lama dosisnya naik."

Ketagihannya tak bisa dibendung karena dosisnya terus menanjak. Peralatan studio sampai ia jual untuk dapat membeli putaw. Padahal ketika itu ia tengah merintis bisnis studio.

Baca Juga : Titi Qadarsih Meninggal Dunia, Makanan Sepele Ini Bisa Picu Kanker Usus

Sampai suatu saat, badannya terasa betul-betul tak enak. Pencernaan juga kacau. "Saya bongunin mama yang lagi tidur. Ma, cepet bawa Indra ke rumah sakit. Sakaw nih," kenangnya. Selama itu Indra menyembunyikan statusnya sebagai pecandu.

Indra sempat koma satu minggu. Leukositnya pernah sampai 4.000. Namun, hal itu belum membuatnya kapok. Lepas dari rumah sakit, godaan kembali ke narkoba tak bisa dia hindari. la mencoba shabu, lalu kembali ke putaw.

Gara- gara putaw lagi, ia masuk ke rumah sakit. Rumah ibunya yang asri di kawasan Cinangka, Parung, Kabupaten Bogor, nyaris dijual. Di sinilah hatinya tergugah dan mulai terbit keinginan untuk berhenti.

"Mama bilang, kalau saya masuk rumah sakit, terpaksa rumah dijual. Omongan mama itu menusuk hati. Saya nggak rela, sebab rumah itu hommy banget. Menyenangkan sekali kalau pulang ke rumah itu. Tiba-tiba saya merasa bersalah. Saya enggak mau begini terus. Saya mau melepaskan diri dari kecanduan. Anehnya, saya punya keyakinan bisa sembuh."

Baca Juga : Penyanyi Era 70-an Titi Qadarsih Meninggal Dunia dalam Perjalanan Pulang ke Rumahnya

Enggak betul bikin kreatif

Dalam mencari kesembuhan, Indra mendatangi dokter. Usai didetoksifikasi, Indra tak mau menggunakan obat untuk sembuh. Dari pengalamannya dua kali di rumah sakit, obat-obatan yang diberikan dokter cuma untuk menopang "daya tahan"tubuh.

Begitu obat habis, badan sakit lagi. Menurut dokter, dirinya memang tak bisa lepas dari obat itu. Kecanduannya pada narkoba dipindahkan ke obat-obat pengganti.

"Wah, gawat nih. Berarti saya tetap kecanduan obat. Selain itu. juga menguras kantong karena harganya mahal. Saya bertekad lepas tanpa obat, apa pun risikonya," jelas pria kelahiran 1 April 1971, yang sampai saat ini tak percaya pada obat-obatan untuk lepas dari jeratan narkoba.

Saat itulah ia teringat pada ajaran orangtuanya, hanya Tuhanlah yang dapat menolong. "Bukan dokter atau psikiater. Sebab, mereka enggak pernah tahu sebetulnya apa yang saya rasain. Dokter dan psikiater itu ‘kan cuma berteori, berdasarkan ilmu yang mereka miliki."

Baca Juga : Torpedo Dinyatakan Bebas Narkoba: Begini Reaksi Tubuh Saat Minum Minuman Bernergi Sejak 10 Menit Pertama

Dibimbing keyakinan diri yang kuat, Indra konsisten menjalani penyembuhan. Namun, akibat empat tahun bersama narkoba, begitu tak mengonsumsi, sakitnya makin parah lagi. Asam lambung naik. batuk, dan meriang. "Wah lengkap deh. Tapi terus saya lawan dengan berdoa, mohon ampun.“

Tantangan terbesar saat ia bertemu pecandu lainnya. "Badan langsung dingin dan perut mual. Tarikan nostalgia, hawa kepingin pakai lagi gede banget. Bila keinginan itu datang, saya langsung salat. Kuncinya, menyerahkan diri total dengan berdoa," terangnya.

Selain itu, Indra mencari kesibukan yang positif. Ibunya juga mengganti suasana rumah dengan memindahkan barang dan mengecat tembok serba putih. Indra sendiri pun memilih ganti suasana pergaulan.

"Saya nongkrong di tempat Anang Hermansyah atau cari teman-teman yang jebolan pesantren. Cari dunia baru sambil terus berdoa. Apalagi sembilan teman saya meninggal satu per satu akibat narkoba," tutur pengisi ilustrasi musik film Virgin ini.

Baca Juga : Cara Licik para Gembong Narkoba: Larutan Kokain Diselundupkan dalam Pakaian agar Tak Ketahuan

Seorang pecandu yang baru berhenti, lanjut Indra, egonya sudah tak ada. Tak percaya diri, takut salah, lakut ketemu orang, dan sebagainya.

"Kepribadian saya berubah total akibat otak yang terkontaminasi zat adiktif. Sejak mengonsumsi narkoba, saya enggak pernah dalam keadaan sadar. Enggak betul gara-gara pake narkoba kita lantas jadi kreatif. Saya justru lebih produktif sebelum mengonsumsi narkoba. Itu cuma pembenaran sepihak!"

Untungnya, tekad untuk sembuh begitu kuat dalam diri Indra. Ia yakin, suatu saat akan sembuh.

Suatu kali, ketika berjalan, ia seperti melewati sebuah pintu. "Aneh, di jalan kok ada pintu. Tapi  saya tetap melewatinya dalam keadaan setengah tak percaya.”

Baca Juga : Tak Dapat Dipercaya, Seorang Pria Pecandu Opioid Biarkan Lidahnya Digigit Kobra Sebagai Pengganti Narkoba

Ajaib, usai melewati pintu tersebut, ia merasa menemukan dirinya yang dulu sebelum mengenal narkoba. '"Saya seperti barusan mengalami cuci otak. Tapi saya senang karena seperti mengulang kepribadian dulu lagi, meski jadi seperti belajar bicara dan tertawalagi."

Contoh buat pecandu

Menurut Indra, tak ada formula tepat untuk sembuh dari narkoba, karena setiap orang berbeda-beda cara penanganannya.

"Buat saya sih, formulanya ada di dalam diri. Sebaik apa pun terapi narkoba, jangan harap bisa sembuh kalau dalam diri seseorang tidak ada motivasi kuat untuk sembuh. Buat saya, pendidikan agama dalam keluarga sangat menolong. Dalam keadaan sakaw, saya teringat masa kecil ketika diajari minta tolong kepada Allah. Bukan sama orang," papar putra sulung mantan model tahun 1970-an ini.

Selain berbagi pengalaman. Indra juga berbagi sikap untuk mempengaruhi pecandu lain agar ikut lepas.

Baca Juga : Komedian Tunggal Mudy Taylor Ditangkap Polisi Terkait Narkoba dengan Barang Bukti Sabu

"Ini gue, udah tujuh tahun berhenti. Enggak mati kok berhenti dari narkoba. Kalo lo pake terus, malah cepet mati. Ikulin gue aja."

Sepanjang pengalaman Indra, dalam memberi masukan para pecandu, agama seseorang sangat menolong.

"Selama ini mereka tergantung pada hal yang berwujud (narkoba), kini harus bergantung pada yang tak berwujud (agama). Kalau enggak kuat punya pegangan apa pun, bisa balik lagi."

Peran orangtua ataupun lingkungan juga penting. Indra menyarankan supaya orangtua atau lingkungan tidak mengecilkan keinginan mereka untuk sembuh.

"Korban narkoba itu perasaannya lebih peka. Begitu ditolak, mereka merasa enggak punya siapa-siapa lagi," tutupnya.

Baca Juga : Krisis Kamar Mayat Akibat Perang dengan Kartel Narkoba, 100 Mayat Tanpa Identitas Terlunta-lunta di Dalam Truk

Sentuhan cinta, energi kesembuhan

Titi Qadarsih baru tersadar, ketika tubuh anaknya terbujur tak berdaya. Saat itu ia mengingat-ingat pengalaman beberapa teman yang mengalami nasib yang sama.

Ada yang mengaku berlibur ke luar negeri, ternyata anaknya dirawat karena narkoba. "Dia bilang habis ratusan juta tapi enggak sembuh. Berarti 'penyakit' ini mahal ya, dan uang yang kita keluarkan tidak menjamin kesembuhan," aku Titi.

Di lain kesempatan, Titi ingat pernah berbincang dari hati ke hati dengan temannya yang punya anak pecandu narkoba. Karena kecanduan, si anak dimaki, dipukul, bahkan diusir. Akibatnya,  anak itu malah tak berubah.

Lintasan-lintasan ingatan itu berkelebat di kepala wanita yang juga pelukis ini. Makanya, selain mengakui sebagai orangtua pecandu, Titi pun melakukan banyak hal untuk mendukung kesembuhan sang anak.

Baca Juga : Sempat Bikin Heboh karena Diduga Narkoba, Paket Misterius di Yogya Ternyata 'Hanya' Berisi Ini

la tak memperlihatkan duka di depan anaknya, sekalipun uangnya habis untuk membiayai perawatan Indra. "Aku sisihkan waktu khusus untuk dia dengan tidak menerima job apa pun," aku Titi, yang bobotnya turun 10 kg saat merawat Indra.

Selain berpuasa Senin-Kamis, Titi juga menjadi vegetarian. "Tempo gerak dan jalan aku perlambat, berbeda dengan kebiasaanku dulu yang serba ingin cepat. Begitu pula kata-kataku, sengaja aku buat lebih lamban. Aku perlakukan Indra seperti bayi lagi," kenangnya.

Ketegaran Titi kembali diuji. la dipanggil dokter yang merawat anaknya. Bagai seorang tertuduh, dokter berbicara tanpa memandang ke arahnya.

Yang paling menyesakkan hati, saat dokter menyatakan umur Indra tinggal delapan bulan. Tapi semua itu dihadapi Titi dengan penuh kesabaran.

Baca Juga : Dapat Kiriman Paket Mencurigakan? Hati-hati, Bisa Jadi Anda Jadi Target Sindikat Narkoba

Titi menganggap, ia baru saja melahirkan Indra kembali, yang harus dirawatnya dengan lembut, sabar, dan penuh kasih sayang.

"Aku bertekad berjuang 24 jam di samping Indra. Aku tidur seranjang dengannya, pegang seluruh tubuh dari ubun-ubun hingga dasar kaki. Bicara dari  hati ke hati. Orang yang sakit karena narkoba harus dihadapi dengan penuh cinta, bukan dijauhi."

Hingga suatu saat, usai menyampaikan kemungkinan menjual rumah kepada Indra, tanpa diduga Indra tergugah. "Ma, Indra harus sembuh. Indra ingin pulang saja!" begitu ucapnya. Titi lantas memeluk putranya.

"Kalimat yang aku tunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Aku yakin banget Indra sembuh dengan caranya sendiri."

Indra mencabut infusnya dan berdiri. "Ma, kita pulang saja!" katanya.

Titi gembira. la bilang, "Indra, alat musik di rumah sudah harus dibunyikan kembali." Indra mengangguk pelan. Lalu mereka keluar dari ruang penuh kenangan itu.

 Baca Juga : Kisah Nyata Bocah 14 Tahun Ungkap Kasus Korupsi Terbesar Dalam Sejarah dengan Jadi Gembong Narkoba Termuda