Advertorial
Intisari-Online.com -Seniman sekaligus mantan modelTiti Qadarsih menghembuskan nafas terakhir pada 22 Oktober 2018. Titi meninggal dunia setelah lama mengidap kanker usus.
Semasa muda, Titi terkenal sebagai salah satu model senior di Indonesia.
Bersama dengan beberapa mantan peragawati lainnya, Titi pernah menceritakan seluk-beluk dunia model di Indonesia.
"Curhatan" Titi dan para purna peragawati tersebut termuat dalam artikel berjudul "Para Purna Peragawati Memang Bisa Cerai" yangtayangdi Tabloid Nova edisi 000/1, 31 Januari 1988.
Baca Juga : Titi Qadarsih Meninggal Dunia, Minum 2 Cangkir Kopi Sehari Bisa Turunkan Risiko Kanker Usus
---
Dulu kami kompak, kalau salah di panggung sating kedip mata untuk memberitahu kesalahan.
Iringan musik pun cuma angklung. Dibayar dengan kain, suvenir atau honor sekadamya.
Jam kerja yang tak tentu memang bisa mengakibatkan perceraian.
Baca Juga : Titi Qadarsih Meninggal Dunia, Makanan Sepele Ini Bisa Picu Kanker Usus
Bukannya disengaja kalau dua dari empat pensiunan peragawati yang diwawancarai kebetulan berstatus janda. Yaitu Titi Qadarsih dan Dhanny Dahlan.
Sementara Enny Soekamto mengungkapkan, perceraiannya dengan suami pertamanya, sedikit banyak ditunjang oleh dampak sampingan profesinya sebagai peragawati.
"Memang profesi seperti itu bisa merusak hubungan," kata Titi dalam kesempatan terpisah.
"Waktu kerja yang tak teratur dan banyaknya godaan pria iseng dapat membahayakan hubungan yang harmonis," lanjutnya.
Jadi dengan kata lain, pekerjaan sebagai peragawati banyak memberi peluang terjadinya perceraian.
Baca Juga : 'Kalau Saya Meninggal Beri Tahu Ratu,' Begitu Pesan Guru dan Pengasuh Ratu Elizabeth II
Kaget
Titi, Enny, Dhanny dan Ronny Hidayat merupakan peragawati terkenal pada masanya.
Titi mulai terjun di dunia itu tahun 1965, Enny di tahun 1969, Ronny tahun 1973 dan Dhanny di awal tahun 80.
Meski berkarir pada tahun yang berbeda, namun keempatnya punya kesan sama, yaitu bahwa dunia peragawati adalah dunai penuh glamour.
"Kesan hura-hura pun amat lekat dengan dunia ini," kata Enny.
Karena itu, menurut mereka, yang penting adalah kekuatan iman.
"Kalau nggak kuat-kuat, wah bisa mudah tergelincir," kata Dhanny.
Sebab itu Enny dan Dhanny mengatakan, akan lebih baik kalau peragawati datang dari kelas menengah agar tak kaget dengan dunia yang serba gemerlap itu.
Sulitnya, kata Enny, banyak peragawati yang tak sadar, dunia gemerlap itu hanya berlaku kalau berada di panggung saja.
"Penampilan yang serba gemerlap, baju dan asesori bagus serta mahal, dipandang penonton yang kebanyakan dari kalangan atas dan keluar masuk hotel, tak bisa selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari," lanjutnya.
Baca Juga : Jadi Korban Gempa-Tsunami Palu, Anak 7 Tahun Ini Malah Diperkosa 3 Pemuda saat Berada di Pengungsian
Honor
Menurut para purna peragawati ini, ada sejumlah perbedaan dengan peragawati masa sekarang. Misalnya dari segi kekompakan kerja.
"Dulu kalau kami jalan bersama di atas catwalk dan salah satu dari kami bikin kesalahan, pasti yang, lain memberi tahu. Caranya dengan mengedipkan mata," kisah Dhanny dengan mata berbinar.
Kerja sama yang baik semacam itu, konon langka ditemui pada peragawati sekarang.Lalu soal honor. Pada akhir tahun 60-70 an, cerita Titi, peragaan busana masih bersifat kegiatan sosial.
Ditambah lagi, kesadaran masyarakat Indonesia untuk berbusana pun belum semaju sekarang.
"Karena itulah, kami dulu malah lebih sering nombok ketimbang dapat honor. Kalaupun dapat honor, biasanya berbentuk sepotong kain atau baju, suvenir," kata Titi.
Tapi menurut Enny, dari dulu hingga sekarang, honor peragawati dianggapnya kurang memadai.
"Saya rasa, tak ada salahnya honor peragawati sekarang ini dinaikkan paling tidak 50 persen. Tapi dengan catatan, mereka hams lebih menunjukkan dedikasi yang tinggi," lanjut Enny.
Baca Juga : Tim Medis Tak Kuasa Menahan Tangis Ketika Melihat Bayi 'Membangunkan' Ibunya yang Koma Selama 23 Hari
Cinta
Apa pun persamaan dan perbedaan yang mereka rasakan, keempat eks peragawati terkenal ini mengaku tetap mencintai dunia itu.
"Sulit kok pisah 100 persen dari dunia itu. Terlalu menarik untuk dilupakan begitu saja," kata Enny.
Mungkin sebab itu pula, profesi yang mereka geluti sekarang ini tak jauh berkaitan dengan dunia itu.
Titi giat menjadi guru dari sekolah model miliknya. Bahkan dalam waktu dekat akan membuka dua cabang baru.
Enny kini menjadi wiraswastawati dalam bidang busana. Sama halnya dengan Dhanny.
Dan Ronny, meski sudah mengundurkan diri dari profesinya sebagai guru di sekolah model Studio One, namun tetap muncul sebagai penguji dari sekolah keperagawatian itu.
"Dunia itu memang punya daya tarik tersendiri. Sekarang pun saya sering rindu untuk tampil lagi di atas cat-walk. Apalagi kalau menonton peragaan busana, rasanya gemes," kata Enny.
Dan tak malu-malu Enny cerita, "Saya suka berdandan lengkap seperti mau show, lalu putarputar di muka cermin!"
Baca Juga : 66 Tahun Lalu, AH Nasution Kepung Istana dengan Tank dan Meriam, Tapi Bung Karno Malah 'Cuek' Menghadapinya