Find Us On Social Media :

Emha Ainun Najib, Rasionalitas Sang Kiai Mbeling yang Suka Blak-blakan

By K. Tatik Wardayati, Senin, 22 Oktober 2018 | 22:00 WIB

Di sisi lain, pikiran manusia tidak membawa dirinya pada peletakan diri di titik koordinat nilai hidup yang paling sehat.

Baca Juga : Beginilah Kisah Mengharukan si Kembar Siam yang Berbagi Tubuh Selama 70 Tahun

"Hati manusia tidak bekerja sama dengan konsep pikirannya dalam menentukan ke mana ia memandang, apa yang harus ia kejar dan jangan dikejar, apa yang primer dan sekunder, apa yang semestinya disembah secara total dan apa yang silakan disepelekan saja," jelasnya.

Diakui oleh Emha, setiap orang belajar sendiri mengelola akal dan jiwa. Tidak ada institusi pendidikan yang memandu akal dan jiwa manusia untuk mengerti secara tepat alamat kehidupannya, luas sempit semesta tempat tinggalnya, pola-pola hubungannya dengan dunia luar dan dengan dirinya sendiri.

Yang disebut dunia luar, bukan hanya masyarakat, tapi bisa juga alam semesta dan Tuhan.

Tentang keikutsertaan-Nya dalam kehidupan manusia, Emha mengambil perumpamaan amat sederhana, yakni kehidupan perkawinan. la bilang, kalau seseorang kawin dan yang hadir hanya dua keluarga serta sejumlah handai taulan, maka hanya sebegitu pula luasnya semesta pernikahan orang itu.

Baca Juga : Tiga Rahasia yang Tidak Dikatakan Pria Pada Malam Pertama Perkawinan

Sekaligus hanya sesedikit itu pula orang yang akan menolongnya ketika bahtera rumah tangga kacau balau.

Namun, tambah Emha, kalau dalam perkawinan itu juga "mengundang" Tuhan hadir, maka rumah perkawinan akan terbuka luas, seluas alam semesta milik Tuhan yang tiada duanya.

Bahkan para malaikat ikut rela turun tangan menjadi pelindung rumah tangga itu. Apa yang tak mungkin bisa menjadi mungkin, karena adanya Tuhan dalam rumah tangga.

Seperti tengah menyampaikan nasihat di depan para santrinya, Emha melanjutkan, mestinya kebakaran rumah bisa menjadi tidak kebakaran.

Baca Juga : 'Putri Diana Terlalu Membesar-besarkan Perkawinannya yang Tanpa Cinta'