Find Us On Social Media :

Emha Ainun Najib, Rasionalitas Sang Kiai Mbeling yang Suka Blak-blakan

By K. Tatik Wardayati, Senin, 22 Oktober 2018 | 22:00 WIB

Emha melihat perubahan-perubahan itu sebagai hal yang menimbulkan pergeseran fungsi, penurunan tingkat fungsi, atau bahkan disfungsi dari onderdil jiwa-raga. "Sehingga apa yang sudah dikodratkan menjadi tidak berlaku," tandasnya.

Analisis Kiai Mbeling asal Yogyakarta yang juga dikenal sebagai budayawan ini memang menarik.

Baca Juga : Kanjeng Kiai Tjokro, Tongkat Pusaka Pangeran Diponegoro Akhirnya Kembali ke Indonesia

Setidaknya, ia melihat penyakit modern dari sudut pandang yang berbeda dengan paradigma medis. Bahkan suami penyanyi dan pesinetron Novia Kolopaking ini bersikeras, asam urat bukanlah penyakit, melainkan kadar disfungsi dan menurunnya kewajaran kodrat pada peralatan tertentu pada badan manusia.

Orang yang berpenyakit jantung pun belum tentu jantungnya yang sakit. "Itu terjadi karena letak dan fungsi jantungnya tidak terakomodasikan oleh tatanan wadahnya."

Begitu juga masalah kolesterol. Menurut Cak Nun, kolesterol tinggi kasusnya tidak hanya disebabkan oleh kolesterolnya, melainkan menurunnya kemampuan peralatan badan tertentu, terhadap kadar kewajaran fungsi kolesterol.

Pada penyakit kanker pun demikian. Belum tentu kasus utamanya adalah serbuan virus, tapi bisa saja berasal dari ketidaksanggupan mekanisme fungsi dan daya tahan bagian tubuh tertentu, yang menjadi rentan oleh virus.

Baca Juga : Yuk Obati Kanker dengan Konsumsi 5 Jenis Jus yang Dapat Atur pH Ini!

Bahkan, ketika bicara soal AIDS dan virus HIV pun ia menyarankan, "Harus dipertanyakan dulu penekanan kasusnya, apakah pada virusnya atau pada degradasi daya tahan pasien."

Pasalnya, kata Cak Nun, ketika jiwa membiarkan over fungsi pada rasa dengki, cemburu, kecengengan, kebodohan, kekerdilan, maka ibaratnya, angin bertiup saja sudah bisa menjadi penyakit.

Berbagi tugas dengan Tuhan

Ketika menukik ke masalah penyakit yang berhubungan dengan jiwa, raut muka Emha tampak lebih serius. Menurut pandangannya, penyakit kejiwaan seperti stres, depresi, paranoid, dan sebagainya berasal dari perlawanan hati manusia terhadap kewajaran hidupnya.  la memastikan, jiwa manusia pasti kalah dalam peperangan itu.