Advertorial
Intisari-Online.com – Komentar Barbara Cartland, penulis novel roman yang juga nenek tiri Diana, ternyata cukup pedas. "Diana membesar-besarkan perkara perkawinannya yang 'tanpa cinta'," begitu-katanya.
"Tidak ada yang mengharuskan atau memaksanya menikah dengan seorang pangeran," katanya.
"Tapi karena sudah memilih sendiri untuk melakukannya, ia tidak boleh merusak monarki. Ia tak bisa seenaknya sendiri. Kalau mau menikmati sanjungan masyarakat, kemegahan sebagai putri, belum lagi gelimang kemewahannya, ia tentu harus juga bersedia patuh pada aturan main. Ia mesti ingat, ia berurusan dengan monarki, yang sejarahnya sudah amat panjang."
Malah kecamannya berlanjut, "Kecantikan, kebaikan hati, dan perhatiannya banyak membuahkan hasil baik, tapi saya rasa Diana senang sekali publisitas. Pamornya terlalu cepat naik. Saya rasa ia belum sempat menghadapi dunia zaman sekarang yang sebenarnya."
Baca juga: Kata-kata Penuh Kegetiran yang Diucapkan Lady Diana Saat Melabrak Wanita Perebut Suaminya
Di sela-sela keributan dan perdebatan itu, muncul pelbagai komentar dan usulan. Banyak orang khawatir kalau Diana sampai bercerai dari Charles, monarki Inggris bisa krisis, karena saat ini Diana telah telanjur menjadi tiang utama citra keluarga kerajaan.
Bagaimana akibatnya bagi Diana dan Charles sendiri? Belum lama ini, ketika berkunjung ke sebuah rumah peristirahatan untuk penderita kanker, Diana tak dapat menahan ledakan emosinya ketika seorang wanita dari antara kerumunan massa meraih tangannya dan mengucapkan sesuatu yang mungkin menunjukkan simpati kepadanya.
Akibat peristiwa itu, pers Inggris lintang-pukang menguber-uber psikolog dan ahli stres untuk menggali kiat-kiat mengalahkan stres.
Bagi sang putri sendiri, menurut buku Andrew Morton, si sulung William sudah menjadi penghibur yang dapat diandalkan. Menurut buku itu, suatu kali Diana menangis di kamar mandi Istana Kensington setelah bertengkar hebat dengan Charles.
William menyelipkan kertas tissue di bawah pintu dan belakangan mengatakan kepada ibunya, "Saya tak suka melihat ibu sedih." Bahkan pangeran cilik berusia 10 tahun ini sudah mulai bersikap protektif terhadap ibunya.
Baca juga: Inilah Alasan Putri Diana Menolak Mengenakan Sepatu dari Brand Chanel
Telepon wanita misterius
Menyusul perpisahan Duke dan Duchess of York, alias Andrew dan Fergie, Diana cukup tertekan karena kehilangan teman. Lebih-lebih ia sadar seluruh perhatian publik akan tercurah lagi pada perkawinannya.
Sampai sekarang Diana tidak pernah memberikan pernyataan yang menyangkal kebenaran buku Morton. Malah menurut laporan ia menolak permohonan Istana Buckingham untuk menyatakan bantahan.
Orang makin cenderung berpikir Morton benar ketika sumber-sumbernya tak cuma Carolyn Bartholomew, bekas teman satu flat Diana, tapi juga James Gilbey. Gilbey tampil dan angkat bicara lagi, khusus membenarkan apa yang tertulis di dalam buku Morton.
Fakta bahwa Carolyn sampai sekarang tetap berteman baik dengan Diana, membuat orang berpikir bahwa Diana memang telah memberikan persetujuan tak resmi kepada sahabat-sahabatnya yang menjadi narasumber Morton.
Yang menarik, Diana seperti sedang menggunakan media sebagai senjata. Tim Rayment dari The Sunday Times bercerita, pertengahan Juni lalu koran-koran nasional Inggris mendapat info via telepon dari wanita misterius yang memberi tahu Diana akan berkunjung ke kediaman Carolyn Bartholomew, lengkap dengan alamatnya.
Baca juga: Misteri Gaun Pengantin Putri Diana, Begitu Dilihat Sketsanya Langsung Dihancurkan
Begitulah, seolah-olah disengaja, di hadapan para wartawan yang siap dengan kamera, Diana mencium sahabatnya sebelum beranjak dari rumah itu. Memang foto itu langsung terpampang di halaman depan tabloid-tabloid Inggris, di saat nama Carolyn Bartholomew sedang mencuat karena ceritanya kepada Morton.
Kecurigaan pihak istana bertambah besar ketika Morton terus terang menyatakan sebagian keuntungan dari buku yang menggegerkan ini akan ia sumbangkan kepada sebuah yayasan kesayangan Diana.
Setelah memilih diam cukup lama, atas desakan kawan-kawannya, Charles memutuskan akan mengambil tindakan juga untuk melawan publikasi jelek oleh istrinya itu. Bahkan telah muncul seorang penulis tandingan Andrew Morton.
Awal bulan lalu, Penny Junor menyatakan ia diminta oleh kawan-kawan Charles untuk menuliskan versi Charles. Menurut Junor, Charles tidak akan menjelek-jelekkan istrinya karena ia memahami istrinya bertingkah macam-macam akibat menderita bulimia bertahun-tahun.
Seandainya Diana memang benar ingin mengerahkan simpati rakyat untuk menghadapi sang suami, kelihatannya ia cukup berhasil. Yang jelas kini ia jauh sekali dari gambaran seorang gadis pemalu yang tak tahu apa-apa.
Baca juga: 'Putri Pemberontak', Inilah 11 Aturan Kerajaan yang Dilanggar Lady Diana
Saudara kandungnya sendiri, Charles, berkata, "Diana punya karakter yang kuat. Ia tahu apa yang ia kehendaki."
Diana punya dua pilihan: bercerai dan kehilangan kedua anak yang telah menjadi pusat kehidupannya, atau tetap bertahan. Di balik senyumnya yang lembut dan wajahnya yang selalu cerah, Diana agaknya telah menjalani tempaan hidup yang sebagian besar dilakoninya sendirian.
Kalau pun buku Andrew Morton membeberkan kebenaran objektif, titik pandangnya yang melulu dari segi Diana membuat sementara orang berpikir Andrew Morton adalah corong Diana untuk mengeluarkan unek-uneknya.
Mengenai hal ini, Istana Buckingham tak ragu-ragu lagi. Justru karena itu mereka menganjurkan semua orang untuk membaca buku Morton. "Biar mereka tahu betapa memihaknya buku itu," begitu kira-kira kilah mereka.
Hanya saja mereka memang tak menyangkal bahwa sumber-sumber buku itu dapat dipercaya dan bahwa memang perkawinan pasangan Wales sedang runyam.
Berhenti berlangganan
Yang patut disayangkan, baru akhir Juni The Sunday Times menyuarakan pula unek-unek Pangeran Charles. Tak heran di samping sedikit suara mendukung, sudah sempat muncul beberapa surat pembaca yang menyatakan berhenti berlangganan.
Alasannya macam-macam. Ada yang mengatakan buku Morton itu melanggar kebebasan pribadi, sebagian besar omong kosong dan The Sunday Times tidak objektif dalam meliput kasus ini.
Ada lagi yang mengomeli kesadisan koran itu memaparkan dengan gamblang kehidupan pribadi orang lain, sehingga menganggap mutu koran itu menurun.
Akibat buku Diana, Her True Story sekilas orang melihat, Diana menjadi korban Charles. Tapi dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya akibat "bom waktu" Andrew Morton ini, orang melihat bagaimana Charles pun menjadi korban kubu Diana.
Kalau benar Diana sengaja sedang memanfaatkan media untuk tujuannya sendiri, kita para "penonton" jadi berpikir-pikir apakah Istana Buckingham telah berubah menjadi pentas Hollywood? (Lily/dari pelbagai sumber)
(Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1992)