Find Us On Social Media :

Kisah Orang-orang Jawa di Suriname: Sempat Dianggap Bodoh, Pandir, dan Mudah Ditipu

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 13 Oktober 2018 | 13:00 WIB

Akibat kolonialisme kemudian terpecah menjadi tiga, Guyana Prancis di Timur, Suriname di Tengah dan Guyana di Barat.

Tanah luas Suriname aslinya milik orang-orang Amerindian dari kelompok suku bangsa Arawak, Carib, Wama, Trio dan Oajana.

Baru pada akhir abad ke-15 Suriname didatangi orang-orang Spanyol dan diklaim sebagai wilayah Spanyol pada tahun 1593.

Pada tahun 1667, orang-orang Belanda di bawah pimpinan Abraham Crynsen datang ke Suriname dan mengusir orang-orang Inggris dan Portugis.

Baca Juga : Pulau Jawa Dekade Pertama Abad 20: Ternyata Jakarta Sudah Berlangganan Banjir Sejak Dulu Kala

Tahun 1682 wilayah Suriname dihibahkan kepada VOC. Gubernur Belanda di Suriname, Cornelis van Aersen kemudian mendatangkan emigran dari Eropa.

Hasilnya, puluhan keluarga Prancis menetap di Suriname. Tibanya emigran Prancis di Suriname mengakibatkan pemerintah Prancis mulai melirik Suriname.

Namun baru 23 tahun kemudian, yaitu tahun 1712, Prancis berhasil merebut Suriname dari Belanda.

Akibataya timbul kekacauan di perkebunan-perkebunan Suriname. Ini dimanfaatkan oleh para budak Negro untuk melarikan diri kabur masuk hutan.

Baca Juga : Beginilah Gambaran Kehidupan di Pulau Jawa pada Awal Abad 20

Para Negro inilah yang kemudian berhasil mendirikan semacam suku tersendiri, Bush Negro, Negro hutan atau biasa juga disebut Maroon.

Mereka ini sering membuat keributan. Para penguasa Prancis kelabakan menghadapinya.