Begini Cara Kerja Sistem Peringatan Dini Gempa Bumi di Jepang, Paling Canggih Sedunia! Indonesia Kapan Punya?

Ade Sulaeman

Penulis

Jepang punya teknologi peringatan dini gempa bumi yang tercanggih di dunia. Begini cara kerja sistem peringatan tersebut

Intisari-Online.com - Semua bencana alam pada dasarnya nyaris tak bisa diprediksi karena itu terjadi di luar kuasa manusia.

Namun, bukan berarti manusia lantas berpasrah diri begitu saja. Kita tetap berupaya untuk mencoba mengatasi bencana alam dengan terus belajar dari bencana yang telah terjadi.

Salah satu bentuk upaya manusia dalam menghadapi bencana alam, khususnya gempa bumi adalah dengan alat deteksi gempa dan alat deteksi tsunami.

Bicara tentang alat deteksi dan peringatan gempa bumi, Jepang adalah juara dari semua negara di dunia.

Baca Juga : Beredar Pesan Adanya Gempa Susulan di Madura, BMKG: Itu Hoaks

Negara maju ini berulang kali terkena bencana gempa bumi yang dahsyat dan memang daerahnya rawan gempa.

Untuk mencegah (atau mengurangi risiko) gempa bumi, Jepang punya sistem peringatan dini gempa bumi paling modern dan canggih.

Pada tahun 2011 silam, sebuah gempa sebesar 8,9 skala Richter menghantam pesisir Honshu Jepang dan menjadi salah satu gempa dan tsunami terbesar bagi negara itu.

Baca Juga : Gempa di Situbondo Disebabkan Pergerakan Sesar Kambing yang Membentang dari Utara Jawa Timur hingga Madura

Gempa susulan berkekuatan besar juga menggoncang tiap lima menit sekali.

Namun saat itu di Universitas Sendai yang terletak sangat dekat dari pusat gempa, sekelompok mahasiswa dan seorang dosen tidak terluka sama sekali.

Semua berkat adanya peringatan dini gempa bumi yang langsung diterima oleh setiap ponsel warga Jepang yang terhubung dengan aplikasi tersebut.

"Ponsel saya berdenging dan itu peringatan gempa. Saat itu juga kami semua langsung berlindung ke bawah meja dan saat gempa berhenti, kami berlari ke tanah lapang," kata Profesor Kensuke Watanabe.

Baca Juga : Terisolasi dari Dunia Luar, Suku Zoe Justru Jadi Suku Paling Bahagia di Dunia

Sistem canggih ini bisa menyelamatkan lebih banyak warga dari risiko kematian karena gempa bumi.

Sistem ini bekerja secara online dan semua warga bisa mengaksesnya.

Sistem nasional diluncurkan pada tahun 2007 dengan fungsi utama untuk mendeteksi getaran, menghitung episentrum gempa bumi dan mengirim peringatan ke ponsel warga dari 1.000 seismograf yang tersebar di seluruh penjuru Jepang.

Bagaimana mungkin sistem ini mengirim peringatan sepersekian detik lebih cepat sebelum datangnya gempa?

Satoko Oki dari Institut Penelitian Gempa Bumi di Universitas Tokyo akan menjelaskannya.

Gempa memiliki dua gelombang, gelombang P (primer) dan gelombang S (sekunder).

Gelombang P adalah gelombang gempa yang datang lebih awal dari gelombang S.

Gelombang P ini memiliki gelombang yang pendek, cepat serta tidak terlalu besar dan hanya menimbulkan sedikit kerusakan.

Sementara gelombang S adalah gelombang seismik yang mirip ular, sehingga sering disebut dengan istilah gelombang naga bumi di Jepang.

Baca Juga : Berkumur dengan Larutan Baking Soda, Masalah Bau Mulut hingga Sakit Tenggorokan Segera Terselesaikan

Gelombang S yang ditakuti ini punya gerakan yang panjang, berkekuatan besar dan mampu menghancurkan bangunan serta menciptakan longsor.

Kabar baiknya adalah, gelombang P selalu datang sebelum gelombang S sehingga Anda dapat mempersiapkan diri.

"Orang Jepang diajarkan sejak dini untuk merasakan perbedaan ketika gempa terjadi. Apakah gelombang P atau gelombang S. Ini bukan hanya pendidikan yang didukung secara nasional, tapi salah satu upaya bertahan hidup," kata Oki.

Sistem ini dijalankan oleh BMKG Jepang dan ada pula sistem peringatan gempa yang dijalankan secara pribadi di setiap kantor serta pabrik.

Kita bisa melihat betapa hebatnya sistem ini saat gempa Tohoku 2011 silam.

Pusat gempa terjadi di timur laut Jepang pada jam 2:46:45 waktu setempat. Hanya butuh 3 detik, sistem akan mengirim peringatan ke semua ponsel pada jam 2:46:48.

Dalam peringatan itu juga diberi tahu kecepatan gelombang S akan datang mengguncang lokasi Anda dan berapa waktu yang masih Anda miliki untuk menyelamatkan diri.

Misalnya gelombang S akan mencapai Universitas Sendai dalam 32 detik, sehingga Anda bisa memperkirakan selama kurang dari 30 detik, di mana Anda harus berlindung untuk menyelamatkan diri.

Baca Juga : Ekspedisi Everest '97 yang Digagas Prabowo: Kisah Prajurit Asmujiono Gapai Puncak Everest Setelah Injak Mayat

Meski sistem hanya bisa memberi peringatan dalam hitungan dteik hingga maksimal 2 menit dari guncangan gempa pertama terjadi, namun ini bisa memberi perbedaan berarti bagi hidup dan mati seseorang.

Untuk peringatan tsunami, sistem membutuhkan waktu lebih lama karena banyak perhitungan yang terlibat.

Dalam gempa Tohoku, peringatan diberikan 11-15 menit sebelum gelombang tsunami benar-benar menghantam daratan.

Jepang telah belajar seumur hidupnya tentang gempa bumi.

Banyak jiwa yang selamat dari tragedi gempa Tohoku 2011 karena kombinasi bangunan tahan gempa dan sistem peringatan dini.

Jepang juga memiliki hari peringatan bencana nasional yang diadakan pada 1 September.

Pada hari itu, semua warga Jepang baik di sekolah dan di kantor akan menjalani simulasi penyelamatan diri dari bencana (khususnya gempa bumi dan kebakaran) dengan sungguh-sungguh.

Canggih sekali ya Jepang! Kira-kira Indonesia bisa menirunya atau tidak ya?

Baca Juga : Masih Banyak Korban Belum Ditemukan, Mengapa Pemerintah Hentikan Pencarian Korban Gempa dan Tsunami Palu?

Artikel Terkait