Find Us On Social Media :

Jimat-jimat Dipasang ketika Bersiap Menghadapi Serangan Khmer Merah

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 10 Oktober 2018 | 06:30 WIB

Ikut menembak

Jam 10 malam tibalah di Khmer. Seperti hari raya saja tampaknya karena penyambutan, kembang api, mercon berdentuman. Ternyata bukannya pesta tapi berkecamuknya perang saudara yang tak habis-habisnya.

Pemandangan pertama bangkai kapal yang tenggelam, jembatan megah yang hancur, bangunan yang rontok dan karung pasir membentengi gedung-gedung yang penting.

Baca Juga : Kalah dalam Perang Vietnam, AS Terpaksa Buang Puluhan Helikopter ke Laut, Kenapa?

Tentara yang kurang teratur dan entah berapa granat dan peluru yang dihamburkan setiap  malam disekitar kapal. Kadang-kadang roket jatuh di siang hari bolong di tengah kota mengambil nyawa orang tidak berdosa.

Limabelas hari lamanya di Phnom Penh lama-lama menjadi kebal terhadap suasana perang. Dahulu saya ngeri melihat peluru atau senapan tapi sekarang dengan enaknya melemparkan granat dan menembakkan senapan.

Delapan hari menjelang kami mau meninggalkan Phnom Penh tepatnya 29 Juni, datanglah konvoi kedua. Berita lebih gawat lagi. Delapan kapal selamat, satu terbakar dan tenggelam.

Sore itu saya lihat beberapa pesawat terbang dan 7 heli melintas dengan cepat di udara ke arah neraka. Sungguh-sungguh pemboman yang hebat, jelas dapat dilihat dari meluncurnya roket seperti bola api yang membara bertubi-tubi.

Baca Juga : Tak Ada Tempat Latihan, Timnas U-23 Vietnam Terpaksa Latihan di Jalanan dan di Pabrik

Kapten penasaran

MV Bonanza III terbakar dan tidak bisa diselamatkan lagi. Semua crew ditolong gun boat, hanya seorang terpaksa diamputir kakinya dan diterbangkan ke negerinya, Thailand.

Terharu mereka bisa berkumpul kembali, sebab mereka adalah kawan-kawan lama dari Indonesia yang selamat dengan pakaian yang melekat di badan. Hanya sebagian kecil yang dapat membawa sedikit pakaian.

Kapten kapalnya Rudulf Alfonso dari Menado karena penasaran mendaftarkan diri menjadi pilot bayaran pada AU Khmer untuk membalas dendam terhadap kapalnya yang dijadikan bulan-bulanan. Tidak heran sebab dia  adalah bekas pilot pesawat bayaran.

Tujuh Juli kami meninggalkan Phnom Penh dengan konvoi yang dikawal. Penghadangan masih terjadi tetapi tidak sehebat dulu. Di tikungan maut Bonanza III masih tidur dengan api, sedangkan isinya selain habis terbakar juga dirampok.

Kini 3 bangkai kapal menjadi saksi bisu bagi mereka yang dikalahkan. Perlahan-lahan konvoi meninggalkannya di sela-sela tembakan di mana kami masih sempat memberikan penghormatan.

 Baca Juga : (Foto) 12 Foto Ini Menunjukkan Kehidupan Prostitusi Selama Perang Vietnam Tahun 1960-1970