Find Us On Social Media :

Benarkah Penyuka Daging Bisa Jadi Pemimpin yang Lebih Baik Dibanding Penyuka Sayuran?

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 9 Oktober 2018 | 19:30 WIB

Orang yang suka makan “apa saja" biasanya mempunyai pandangan yang lebih matang, memiliki kepribadian yang seimbang dan jalan pikiran yang logis.

Memang banyak dokter berpendapat bahwa sifat seseorang pada waktu makan kerap kali menunjukkan kesehatan orang yang bersangkutan.

Baca Juga : Terkenal Brutal, Ini 6 Makanan yang Dikonsumsi Viking, Termasuk Telur Camar Liar

Makin “rewel" seseorang di meja makan, makin besar kemungkinannya bahwa ia menderita gangguan urat syarat.

Hal ini antara lain telah dibuktikan oleh Dr. Richard Wallen dari Western Reserve University dengan penyelidikannya.

20 macam makanan dihidangkan kepada 2 kelompok anggota angkatan laut.

Kelompok pertama terdiri dari orang-orang “normal" sedangkan kelompok lainnya terdiri dari orang-orang yang hampir dipensiun karena alasan-alasan psikiatris.

Hanya 11% dari kelompok pertama menolak lebih dari 2 macam makanan. Akan tetapi dari kelompok kedua yang menolak lebih dari 2 jenis makanan ada 62%.

Baca Juga : 5 Makanan Menjijikkan Amerika Abad ke-18, Salah Satunya Muntahan Paus

Perhatian yang berlebihan terhadap makanan yang dimakan, makan sesuatu karena hal itu “baik untuk kesehatan", juga dapat menjadi tanda gangguan urat syarat.

Seseorang yang secara berlebihan merasa khawatir bahwa makanan yang dimakannya tidak sehat, penuh vitamin, bersih, mudah dicerna, dan sebagainya, biasanya menunjukkan kekhawatiran yang lebih besar terhadap dirinya sendiri serta problem-problem yang dihadapinya dari pada kekhawatiran terhadap makanan yang dimakannya.

Di New York Hospital —  Cornel Medical Centre diadakan penyelidikan terhadap 25 orang pasien. 20 orang diantara  25 pasien ini mempunyai kebiasaan untuk makan pada tengah malam.

Baca Juga : Dalam Setiap Kesempatan, Orang Cina Selalu Menyajikan Makanan Enak

Semuanya menderita tidak dapat tidur. Dan semuanya menceriterakan bahwa mereka mulai kebiasaan ”makan malam dan tidak dapat tidur" ini pada waktu mengalami tekanan bathin dalam hidupnya atau mengalami kesulitan dalam usaha mereka.

Tidak seorangpun dari mereka makan pada tengah malam karena lapar.

Mereka makan karena pikiran ruwet menghadapi konflik-konflik yang tidak dapat dipecahkan, persoalan keluarga, rasa cemburu dan perasaan-perasaan lain yang menganggu. (TWA Ambassador – Intisari Oktober 1973).

Baca Juga : Inilah 10 Makanan Pereda Sakit Pengganti Kebiasaan Minum Obat Penghilang Nyeri