Kisah Tragis Cleopatra dan Putranya yang Ia Lindungi Mati-matian Namun Tetap Tewas Juga

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Ptolemeus XIII tenggelam selama pertempuran, meninggalkan Cleopatra hidup dan hamil dengan anak Caesar.

Intisari-Online.com - Cleopatra VII adalah firaun terakhir dari garis Ptolemeus.

Para firaun Ptolemeus adalah keturunan Macedonia dan para penguasa dari keturunan tersebut telah duduk di tahta Mesir selama 300 tahun.

Cleopatra terkenal karena kecantikan dan rayuannya, namun orang sering lupa bahwa dia juga seorang penguasa.

Pertama kali naik tahta di usia muda dan di masa sulit, dia menggunakan keterampilannya untuk melindungi rakyatnya.

Baca Juga : Seandainya Hidung Cleopatra Lebih Mancung, Jalannya Sejarah Mungkin Berbeda

Salah satu keterampilan itu adalah menumbuhkan perhatian dan dukungan dari orang-orang kuat.

Cleopatra lahir pada 70 atau 90 SM, putri dari Ptolemeus dan istrinya (dan mungkin saudara tiri).

Ketika Cleopatra berusia 18 tahun, ayahnya meninggal dan tahta jatuh ke tangannya.

Karena perempuan tdak bisa memerintah sendirian di Mesir, dia pun menikahi adik laki-lakinya yang berusia 10 tahun, namanya Ptolemeus XIII, untuk menjadi rekan memimpinnya.

Baca Juga : 'Keterbatasan' Tak Mencegah Suparniyati Menangkan Medali Emas Asian Para Games 2018, Salut!

Tidak lama setelah pemerintahan mereka dimulai, para penasehat Ptolemeus XIII menentang Cleopatra dan dia melarikan diri ke Suriah di tahun 49 SM.

Dia menghabiskan satu tahun di Suriah untuk mengumpulkan tentara bayaran yang kemudian kembali ke Mesir untuk menentang pasukan saudara laki-lakinya itu.

Ini juga merupakan saat di mana Julius Caesar memasuki kehidupan Cleopatra.

Ketika Caesar di Roma untuk menghadapi Pompey selama perang Saudara Romawi Besar, Pompey melarikan diri ke Yunani, tetapi di sana dia juga dikalahkan oleh pasukan Caesar dalam pertempuran Pharsalus pada 48 SM.

Baca Juga : Dokter Temukan Paku Ukuran 4,8 cm di Kepala Pria yang Berulang Kali Mengeluh Sakit Kepala Ini, Mengerikan!

Pompey berhasil lolos dari pertempuran dan pergi ke Mesir untuk mendapatkan dukungan.

Berita mengenai pertempuran tersebut sampai pada orang-orang Mesir, yang kemudian menganggap kekalahannya sebagai tanda bahwa para dewa lebih menyukai Caesar.

Mereka pun segera membunuh Pompey.

Saat Caesar datang ke Mesir untuk mengejar Pompey, dia justru disambut dengan kepala Pompey.

Baca Juga : Begini Syarat Menjadi Istri TNI: Selain Banyak Hal yang Disiapkan, Serangkain Tes Juga Harus Dilalui

Caesar marah dan akan meluapkan kemarahannya pada Ptolomeus XIII, salah satu pemimpin Cleopatra.

Menurut Ancient Egypt Online, Cleopatra tidak menggunakan situasi tersebut demi keuntungannya sendiri.

Dia mengatur pertemuan dengan Caesar, meskipun beberapa percaya bahwa dia memiliki keinginan terselubung.

Karena garis keturunan Alexander yang Agung atau kualitas pribadinya, Cleopatra dan Caesar menjadi kekasih dalam waktu singkat.

Baca Juga : Ketika Perang Vietnam, Benarkah Gerilyawan Viet Cong Takut Kegelapan?

Cleopatra pun dipulihkan sebagai wakil pemimpin bersama Ptolemeus XIII.

Ptolemeus tidak senang dengan hal ini dan terjadilah pertengkaran yang menyebabkan pasukan Ptolemeus kalah.

Ptolemeus XIII tenggelam selama pertempuran, meninggalkan Cleopatra hidup dan hamil dengan anak Caesar.

Caesar mendidikadik laki-laki Cleopatra, Ptolemeus XIV untuk menjadi wakil Cleopatra.

Kemudian Caesar menikahi Cleopatra dengan gaya Mesir, namun pernikahan tersebut tidak diakui Roma.

Tidak lama setelah itu, Caesar kembali ke Roma.

Setelah satu tahun, dia dan putranya yang telah dilahirkan, yang dikenal sebagai Caesarion, meninggalkan Mesir untuk pergi ke Roma.

Tidak jelas apakah Caesar dan Cleopatra melenjutkan hubungan mereka ketika berada di Roma, namun Caesar tidak pernah menyangkal putranya.

Dari semua anak-anak Caesar, Caesarion adalah putra tunggalnya.

Baca Juga : Mandi Pagi atau Malam, Manakah yang Paling Baik Bagi Kesehatan?

Ketika Caesar dibunuh, Cleopatra dan Caesarion kembali ke Mesir.

Caesarion menjadi salah satu pemimpin pada 44 Sebelum Masehi setelah kematian Ptolemeus XIV.

Pemerintahan Cleopatra cukup stabil selama 14 tahun berikutnya karena mendapat dukungan dari salah satu pemimpin Romawi baru, Mark Antony.

Mereka akhirnya menikah dan memiliki tiga anak.

Pada 30 SM, Octavian menyerbu Mesir dan Antony beberapa kali kalah melawannya.

Cleopatra yang takut kehilangan Caesarion membuat rencana untuk mengirimnya pergi dengan harta yang cukup agar dia dapat hidup nyaman.

Ketika Octavian berhasil merebut Alexandria, Antony terbunuh dan beberapa hari kemudian Cleopatra mengakhiri hidupnya sendiri agar tidak dibawa ke Roma sebagai tanda kemenangan Octavian.

Beberapa minggu setelah kematian ibunya, Caesarion ditangkap dan dibunuh.

Kematian Cleopatra juga menandai berakhirnya kekuasaan Firaun.

Baca Juga : Cari Korban yang Tertimbun, TNI Temukan Brankas Berisi Rp1 Miliar di Reruntuhan Gereja di Sigi

Artikel Terkait