Find Us On Social Media :

Kisah Arkeolog Menemukan Tutankhamon, Dewa Emas yang Dielu-elukan di Seluruh Dunia

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 3 Oktober 2018 | 15:00 WIB

Intisari-Online.com – Dimana harta kekayaan Tutankhamon dipamerkan, orang membanjir untuk menontonnya, biar pun ada juga yang takut akan terbawa sial.

Namun kenyataannya orang yang ingin melihat harta peninggalan firaun yang pernah memerintah lebih dari 3200 tahun yang lalu itu lebih banyak. Mungkin justru sekarang sejarah penemuannya ini lebih menarik.

Mari kita simak tulisan sang Dewa Emas ini, Tutankhamon Dewa Emas yang Kini Dielu-elukan di Seluruh Dunia, seperti yang pernah ditayangkan oleh Majalah Intisari edisi September 1979.

Walaupun masih pagi sekali hari sudah terang di gurun pasir "Lembah Raja-raja". Howard Carter pergi sendiri ke tempat itu. Setengah jam sebelumnya buruh Mesir sudah mulai bekerja. Ketika itu tanggal 4 Nopember 1922. Usaha berikutnya untuk mencari makam firaun Tutankhamon tidak akan ada lagi.

Baca Juga : Hatschepsut, Sang Wanita Firaun yang Membangun Kuil Makamnya Sendiri

Kesempatan terakhir ini pun sudah suatu hadiah. Soalnya Lord Carnarvon, seorang Inggeris juga seperti Carter, yang selama 30 tahun membiayai pencarian itu akan mengundurkan diri. Selama itu ia sudah mengeluarkan banyak uang.

Hanya desakan Carter yang sedang kebingunganlah berhasil membujuk Carnarvon untuk memberinya kesempatan terakhir. Rupanya Lord ini juga tidak memberi harapan terlalu banyak.

Buktinya ia tidak ikut ke Mesir untuk mengamati pekerjaan itu sendiri seperti biasanya. Ia tetap di Inggeris.

Carter mengulurkan lehernya. Dari tempat orang-orang menggali sejak pagi buta tidak terdengar suara.Ada apa? Carter menghentakkan kakinya ke sanggurdi.

Baca Juga : Ternyata Pajak Sudah Ada Sejak Zaman Dulu, Tepatnya pada Zaman Firaun

Ketika ia turun dari pelana kudanya, ia melihat orang tidak bekerja. Sambil berpegang pada pacul dan linggis para pekerja mengelilingi mandor Ahmed Gurgar. Semua memandang Carter dengan penuh perhatian.

"Ada apa," tanya Carter. "Mengapa kalian tidak bekerja." Namun sebelum Ahmed bisa menjawab dalam bahasa Inggerisnya yang terputus-putus Carter sudah melihat sendiri. Ia menahan nafasnya.

Hati Carter berdebar-debar