Find Us On Social Media :

Hari Batik Nasional: Batik Bekonang, Lahir Karena Rakyat Tidak Boleh Memakai Batik Bermotif Sama dengan Keraton

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 2 Oktober 2018 | 21:20 WIB

“Motifnya memang mengacu pada motif Keraton, tapi tidak boleh sama sehingga diberi isian dan biasanya bunga karena ini mengarah pada alam,” ujar Satrio.

Satrio mencontohkan motif kawung. Motif kawung pada batik keluaran Keraton Kasunanan Surakarta bentuknya lonjong dan dihias dengan empat titik di tengahnya.

Baca Juga : Hari Batik Nasional: Pitung, Ondel-ondel, dan Monas dalam Corak Batik Betawi yang Sempat Menghilang

Ini sesuai dengan falsafah empat penjuru mata angin. Pada motif kawung batik milik Keraton Yogyakarta, misalnya, bentuknya lebih bulat dengan diisi dua motif menyerupai simbol “plus” yang menyatu. Dasar filosofisnya, setiap titik kehidupan yang dilalui manusia memiliki tujuan yang sama.

Sedangkan pada batik bekonang, motif kawungnya lebih menyerupai biji kopi, yaitu bulat dan seperti ada garis pemisah di tengahnya, menampakkan dua belahan lingkaran yang dijajarkan. Di dalam setiap belahan diisi satu titik. Falsafahnya adalah keanekaragaman alam.

Begitu sederhananya batik bekonang, baik dalam motif maupun falsafah, sehingga batik ini juga memiliki nama lain, yaitu batik sri gunung. Idiom Sri Gunung digunakan untuk menunjuk sesuatu yang indah kalau dilihat dari jauh.

Padahal dari dekat kelihatan sangat bersahaja. Dibandingkan dengan batik lain, apalagi batik keraton, batik bekonang sangatlah sederhana. Baik dalam corak, motif, atau proses pewarnaannya.

Baca Juga : Hari Batik Nasional: Ini Alasan UNESCO Mengakui Batik Sebagai Milik Indonesia, Bukan Malaysia

Langkanya pembatik muda

Lama terbenam, kini batik bekonang kembali diangkat ke permukaan, kembali dipopulerkan. Diungkapkan oleh Satrio yang juga seorang desainer yang konsisten mengangkat dan melestarikan batik bekonang, 28 Februari 2012 menjadi awal bangkitnya batik itu dengan digelarnya sebuah kegiatan bertajuk “Eco-life Batik Bekonang”.

Sejak itu batik bekonang mulai dikenal lagi dan banyak dicari. Dituturkan oleh Satrio, dibandingkan dengan saat pertama kali berkecimpung dalam industri batik bekonang sekitar satu dekade lalu, sekarang batik bekonang mengalami banyak perubahan yang menggembirakan.

Bahkan tidak hanya di pasar batik lokal dan nasional, saat ini batik bekonang sudah merambah Malaysia, Singapura, dan Dubai.