Find Us On Social Media :

Drama Penangkapan Osama Bin Laden: Perlu Konfirmasi Ganda Sebelum Yakin Bahwa Target Adalah Benar

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 27 September 2018 | 18:08 WIB

“Dia sudah mati … dia sudah mati. Kamu membunuhnya,” kata Mariam terisak.

Kami mengamankan sebuah AK-47 dan sebuah pistol, lalu menuju ke bangunan utama untuk membantu tim yang telah lebih dahulu menyerbu. Rupanya pintu-pintu terbuat dari besi yang amat kuat sehingga perlu peledak untuk membukanya.

Suara gaduh terdengar sesaat, kemudian hanya terdengar suara mesin heli, disusul gaduh lagi, dan seterusnya. Data intelijen benar, keluarga Osama tinggal di lantai dua dan memiliki pintu masuk tersendiri. Osama selalu lewat pintu sebelah utara, sedangkan Kuwaiti bersaudara lewat pintu selatan.

Baca Juga : Pengakuan Rob O'Neill, Anggota Navy SEAL yang Menembak Mati Osama bin Laden

Tapi di lantai satu Abrar melakukan perlawanan. Ketika ia terlihat, kami membidiknya. Tapi tiba-tiba Bushra, istrinya, muncul melindungi. Tak terhindarkan, keduanya jadi sasaran tembak.

Dari luar anggota Chalk Two mulai bergabung. Jay memperkuat penyerbuan bersama Tom dan Will. Seluruh ruangan disisir. Suasana tegang.

Dalam perhitungan kami, di lantai dua, yang sebagian dipakai sebagai pusat media, masih ada Khalid, putra Osama. Ada kekhawatiran dia – atau siapa pun penghuni rumah itu – bersiap dengan rompi bom bunuh diri di saat terdesak.

Kami tak mau mengambil risiko. Tubuh Khalid terhuyung jatuh di sisi tangga menuju lantai tiga. Beberapa perempuan dan anak-anak menangis. Suasana berubah gaduh.

Baca Juga : Ini Fakta yang Baru Diketahui: Pimpinan Al-Qaeda Osama Bin Laden Ternyata Koleksi Video 'Charlie Gigit Jariku'

Tangga menuju lantai tiga sempit, kami harus berhati-hati menapakinya. Tiba-tiba terdengar tembakan dari atas. Kami pun menyerbu dengan kesiapan penuh. Dari pandangan lewat kacamata malam kami bisa melihat si penembak dan membalasnya.

Tiba-tiba tembakan berhenti, tapi kami menunggu sesaat sebelum mendekati pintu yang terbuka.

Dua orang perempuan menangis di samping seorang laki-laki yang tergeletak di kaki tempat tidur. Di sisi lain kamar ada tiga anak. Kami memerintahkan dua perempuan histeris itu ke sisi ruangan dan menyuruh anak-anak menjauh. Tetap ada kekhawatiran kalau-kalau mereka juga membawa senjata atau bom bunuh diri.