Find Us On Social Media :

Imigran Kerap Dituding Sebagai Biang Keresahan Eropa, Padahal Belum Tentu Benar!

By K. Tatik Wardayati, Senin, 24 September 2018 | 10:45 WIB

Tapi itu sekaligus memberi bukti bahwa proses multikulturalisme bukanlah perkara sederhana, dan penolakan terhadap pendatang bisa mencapai tingkatan yang tidak masuk akal manusia normal.

Baca Juga : 'Hanya' Terima 1.000 Imigran Yahudi Asal Etiopia, Israel Dianggap Diskriminatif

Eropa harus berpikir ulang akan kebijakan menerima pendatang. Beberapa negara serius menangani hal itu meski rakyatnya sendiri ada yang tak setuju. Prancis, misalnya, menerapkan tes DNA bagi warga negara imigran yang akan mengajak bergabung kerabatnya dari negara asal.

“Imigrasi adalah masalah abad ke-21 Eropa,” kata Thierry Mariani, anggota DPR dari Uni Gerakan Populer yang juga pemrakarsa Undang-undang Tes DNA.

Tapi upaya itu, termasuk dibentuknya Kementerian Imigrasi dan Identitas Nasional oleh Presiden Sarkozy, ditentang oleh sejarawan Universitas Sorbonne Patrick Weil. “Kebijakan Sarkozy sangat diwarnai sentimen antikulit hitam dan anti-Islam. Padahal seharusnya hukum tidak berpihak, hukum tidak boleh mendasarkan pada asal-usul seseorang,” katanya.

Sinyalemen Weil cukup berdasar jika kita melihat kebijakan negara-negara lain Eropa membuat peraturan yang membatasi imigran. Menurut para ahli, target semua peraturan itu bukanlah imigran dari mana-mana, melainkan orang-orang dari Afrika dan Arab-Muslim.

Baca Juga : Kemenangan Perancis, Kemenangan Para Imigran: Saat Diskriminasi 'Dibalas' dengan Prestasi

Buku karangan Christopher Caldwell, Reflections and the Revolutions in Europe: Immigration, Islam, and the West (2009) juga memberi penekanan bahwa Islam memiliki potensi besar untuk menggusur nilai-nilai Eropa.

Apakah nilai-nilai Eropa itu? Sekularisme, toleransi, dan kesamaan derajat. Masalahnya, ketika para imigran datang, Eropa tidak memberikan nilai-nilai itu. Para pendatang dibiarkan mengembangkan sendiri nilai-nilai yang mereka bawa dari tempat asalnya, dan tidak ada satu pihak pun yang boleh membatasi.

Sekarang, ketika kehidupan makin sulit dan kemakmuran Eropa terancam, dengan entengnya jari ditudingkan kepada para pendatang itu. Tak sepenuhnya benar, tentu saja.

Baca Juga : Disebut sebagai Negara Imigran, Inilah 5 Fakta Amerika Serikat yang Perlu Diketahui