Find Us On Social Media :

Pemberontakan di Kapal Zeven Provincien, Kemudi Macet Akibatkan Awak Kapal Gugur

By K. Tatik Wardayati, Senin, 24 September 2018 | 13:45 WIB

Dikepung dan dihadang

Ternyata kapal Zeven telah melewati Selat Siberut, sehingga Padang dianggap telah bebas dari bahaya. Gouden Leeuw diperintahkan untuk menggabungkan diri dengan Eridanus, yang sejak lama menggantikan Aldebaren membuntuti Zeven.

Kini kekuatan Angkatan Laut dipusatkan untuk menghadang Zeven di sebelah barat Selat Sunda, dengan maksud agar kapal itu tidak bisa lewat.

Di sini timbul lagi ketakutan bahwa kapal Zeven akan membom, Batavia dengan meriam-meriamnya, karena itu harus dicegah memasuki Selat Sunda.

Pada tanggal 7 Februari eskader mencapai Surabaya dan hari berikutnya sudah sampai di Tanjung Priok. Pada hari yang sama tiba kelompok kedua pesawat Dornier dari Surabaya. Kelompok ketiga dan terakhir tiba tanggal 9.

Baca Juga : Ketika Jepang Sudah Angkat Kaki, Belanda Ingin Kuasai Indonesia Lagi, Tapi Mereka Salah!

Pesawat-pesawat air buatan Jerman itu dipusatkan di pelabuhan Teluk Betung, sedang kapal-kapal selam sudah sejak tanggal 8 dikirimkan ke Selat Sunda.

Eskader itu diberangkatkan tanggal 9 Februari pukul 9 pagi dari Priok ke Selat Sunda dengan kecepatan 13 mil. Pada tanggal 10 Februari pukul 4 pagi penjelajah HMs Java yang disiapkan untuk pertempuran, pada pukul 6.09 terlihat di mulut barat Selat Sunda.

Jangan halangi kami

Tiga buah pesawat Dornier diberangkatkan dari Teluk Betung. Sebuah tak berhasil mengudara, sebuah lagi terpaksa mengadakan pendaratan darurat, sehingga tinggal sebuah saja yang beroperasi.

Penerbang Dornier melihat Zeven Provincien pada pukul 8.50, antara pukul 8.53 dan 9.02 ia mengirimkan ultimatum dengan radio, menuntut penyerahan tanpa syarat sambil mengancam akan melakukan kekerasan.

Baca Juga : Mengenang Kembali Sutan Sjahrir yang Berjuang di Masa Kolonial Belanda dan Sesudah Kemerdekaan Indonesia