Find Us On Social Media :

Hari-hari Menjelang G30S PKI, Genjer-genjer Lagu yang Hits Ketika Itu

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 13 September 2018 | 05:15 WIB

Memang meja-meja istana melimpah dengan segala macam hidangan yang enak-enak, sementara rakyat kekurangan bahan pangan dianjurkan untuk makan jagung. Sementara para pemimpin berpesta, tragedi nasional ada di ambang pintu.

Baca Juga : Soal Film Gerakan 30 September, Ini Permintaan Presiden Jokowi

Berbicara tentang lagu, yang sedang 'top' pada waktu itu, barangkali tidak ada yang menandingi lagi "Genjer-Genjer'. Semula lagu rakyat dari daerah Banyuwangi, kemudian diorbitkan oleh seorang anggota Lekra lalu menjadi semacam lagu kampanye golongan mereka.

Tetapi kenyataannya ialah bahwa lagu itu digemari oleh hampir segenap lapisan masyarakat. Tetapi jelas bahwa lagu ini tidak akan muncul dalam banjir kaset "Nostalgia" sekarang ini. Sebab konon lagu ini pernah memegang peranan dalam tragedi pembunuhan para pahlawan Revolusi di Lubang Buaya sehingga tak lama setelah peristiwa Gestapu dilarang.

Hiburan umum sangat terbatas. Hiburan yang paling mudah terjangkau adalah film, relatif masih murah, sebab belum ada mode gala premiere, gedung mewah pakai AC, midnight show dan sebagainya.

Tapi film Amerika diboikot. Yang diputar di bioskop umumnya film blok Timur, RRC dan jarang sekali film Barat. Dari iklan-iklan diketahui bahwa saat itu sedang diputar film "Kanal" di Carya, film Polandia. Megaria memutar film "Man against Man", tidak jelas dari negara mana.

Baca Juga : Mengenang Gerakan 30 September 1965: Saksi Bisu dari Ruang Forensik

Di bioskop Seno dipertunjukkan film "De Overval" (tidak jelas dari mana, hanya anehnya judulnya bahasa Belanda). Pada tanggal satu Oktober koran corong PKI Harian Rakyat memuat karikatur pada halaman pertama yang menggambarkan dua orang jenderal dicampakkan oleh seorang bertopi baja ke dalam lubang yang penuh dengan bambu runcing.

Judul film "De Overval" dicantumkan, tapi diganti menjadi "De Generaals Val" dan diberi terjemahan "Jatuhnya Jenderal-jenderal".

Dari beberapa puluh surat kabar yang terbit di Jakarta, koran-koran yang berafiliasi dengan PKI dan ormas-ormas pendukungnya dan berhaluan kiri lainnya jelas mengeluarkan pernyataan mendukung gerakan pengkhianatan itu.

Setelah tanggal 1 Oktober semua suratkabar Ibukota dilarang terbit kecuali Berita Yudha dan Angkatan Bersenjata yang langsung di bawah pengawasan Angkatan Bersenjata. Pada tanggal 6 Oktober, kecuali dua suratkabar tadi, 8 buah boleh muncul kembali, yakni Duta Masyarakat, Indonesian Herald, Jakarta Daily Mail, Kompas, Mercu Suar, Nusa Putera, Pelopor dan Suara Islam. Harian Sinar Harapan baru menyusul dua hari kemudian.

Baca Juga : Pertanyaan yang Tak Kunjung Terjawab: Siapa Sebenarnya Dalang Peristiwa 30 September 1965?

Yang terkena larangan terbit seterusnya karena mendukung G-30-S ialah Harian Rakyat, Bintang Timur, Suluh Indonesia,   Warta Bhakti, Ekonomi Nasional, Ibu Kota, Gelora Indonesia, dan  dua koran berbahasa Cina Chang Ching Pao dan Hua Chi Pao.

Untuk tulisan ini dipergunakan bahan dari harian Kompas dan Sinar Harapan. Tetapi kami tidak berhasil menemukan kembali harian-harian lain, terutama yang terlibat, padahal itu merupakan dokumen sejarah.

Beberapa instansi yang seharusnya menyimpannya, ternyata tidak mempunyainya. Yang jelas kalau ada sarjana peneliti yang memerlukan suratkabar-suratkabar masa itu yang lengkap harus mencarinya di Cornell University. Sebab di situ koleksinya pasti lengkap.

Seorang sarjana Amerika, Roger K. Paget, pernah menerbitkan daftar lengkap harian dan mingguan yang terbit di Jakarta antara 1965 sampai 1966 dalam majalah indonesia (Cornell) tahuri 1967.

Kemudian ia mengadakan penelitian dan menuangkan hasilnya dalam tesis Doktornya. Semua koran-koran yang disebutkan dalam daftarnya ada di dalam koleksi Universitas Cornell. (Swd)

 Baca Juga : 50 Tahun Gerakan 30 September 1965: Luka Jenderal Sebagian Besar Disebabkan Tembakan dan Tusukan