Find Us On Social Media :

Hari-hari Menjelang G30S PKI, Genjer-genjer Lagu yang Hits Ketika Itu

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 13 September 2018 | 05:15 WIB

Antaranya ia menulis, agar "redaksi menulis atau memberi pemandangan tentang  perekonomian kita, dengan penjelasan-penjelasan kalau ada peraturan baru dan efeknya." Ia minta agar suratkabar itu "memberikan penjelasan mengapa harga-harga selalu meningkat saja".

Ia menambahkan: "bagi saya sebagai mahasiswa fakultas ekonomi saja tidak tahu, tentunya bagi rakyat banyak juga demikian". "Redaksi koran itu tidak memberikan komentar apa-apa.

Baca Juga : Jadi, di Manakah Soeharto saat Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) Terjadi?

Sementara itu golongan yang hendak "mematangkan situasi" memanfaatkan kekacauan ekonomi itu untuk kepentingannya sendiri. Demonstrasi demi demonstrasi dilancarkan dengan alasan menuntut penurunan harga, ganyang kapbir, (kapitalis birokrat) setan kota dan sebagainya.

Pada tanggal 30 September itu dimuat berita tentang demontrasi yang dilakukan oleh 100.000 orang yang menuntut pencoleng-pencoleng ekonomi. Berita itu terbaca, sebagai berikut :

"100.000 masa rakyat ibukota dengan dipelopori pemuda, pelajar dan mahasiswa yang.tergabung dalam Front Pemuda, PPMI dan MMI yang diikuti pula oleh golongan buruh, tani, wanita, sarjana, seniman dan wartawan hari Rebo siang (tanggal 29-9-1965) mengadakan aksi tunjuk  hidung terhadap setan kota, kapbir, pencoleng dan koruptor.'' mereka kemudian mengajukan daftar nama empat setan kota kepada Menteri/Jaksa Agung, Kastaf KOTRAR dan Menteri/Pangak.

Sementara itu dalam halaman yang sama Menperdag Brigjtn M.Yusuf (sekarang MenHankam) menyatakan bahwa masalah ekonomi tidak akan teratasi dengan tuduh menuduh atau mencari kambing hitam. la menjelaskan bahwa ekonomi merupakan masalah multikompleks yang hanya dapat diatasi dengan menaikkan produksi.

Baca Juga : Penumpasan Gerakan 30 September Menjadi Semakin Tak Terkontrol ketika Ormas Anti-PKI Ikut Terlibat

Genjer - genjer

Sementara itu Toko Serba Ada Sarinah (salah satu proyek prestis pemerintah Orde Lama) pada tanggal itu juga memasang iklan berbentuk sajak:

“Siapa bilang tanah kita kapur.Indonesia negri yang subur. Buktinya dari palawija Di Toko Pangan Serba Ada”

Agaknya maksudnya supaya didendangkan menurut irama lagu bersuka-ria "Siapa bilang Bapak dari Blitar, Bapak kita dari Prambanan" lagu yang menjadi 'top hit' tahun 1965. Siapa yang sering bertugas ke istana waktu itu tentunya tahu bahwa lagu itu sering mengiringi pesta-pesta lenso yang dihadiri menteri-menteri, diplomat-diplomat, bintang film, biduanita dan tokoh lain yang gemerlapan.