Find Us On Social Media :

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Indonesia Justru Masuk Daftar Negara dengan Risiko Krisis Moneter Paling Kecil

By Intisari Online, Selasa, 11 September 2018 | 09:15 WIB

Pada tahun 2019 mendatang, pertumbuhan investasi swasta diprediksi mencapai 7,9 persen, naik dari 5 persen pada tahun 2018 ini.

Salah satu pendorong utama investasi swasta adalah proyek-proyek pertambangan. Adapun investasi pemerintah diperkirakan tumbuh 14 persen tahun ini.

6. Filipina

Pertumbuhan ekonomi Filipina dihantui beberapa risiko, antara lain inflasi yang tinggi dan risiko eksternal.

Namun demikian, pertumbuhan ekonomi negara tetangga Indonesia tersebut masih cukup tinggi, yakni 6 persen pada kuartal II 2018.

Bank sentral Filipina menyatakan, perekonomian Filipina cukup resilien menghadapi risiko eksternal, termasuk krisis di sejumlah negara berkembang, seperti Turki dan Argentina.

Gubernur Banko Sentral Ng Filipinas Nestor Espenilla mengungkapkan, fundamental ekonomi Filipina sangat bagus.

"Pertumbuhan (ekonomi) kita sangat kuat, posisi fiskal kita tersusun rapi, dan posisi eksternal kita cenderung baik meski defisit, serta rasio utang rendah," kata Espenilla seperti dikutip dari Philippines Star.

7. Rusia

Perekonomian Rusia dihantui sejumlah risiko, seperti dijatuhkannya sanksi oleh AS hingga krisis.

Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi negara tersebut dipandang memiliki prospek yang cukup baik, meski diyakini tak akan terlalu tinggi. Menurut Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev, ada sejumlah indikator perekonomian Rusia yang tercatat baik. Rasio utang luar negeri telah mencapai level minimun. Selain itu, daya saing industri manufaktur Rusia juga menguat, serta substitusi impor terjadi di sejumlah segmen.

Kemudian, ekspor non-migas juga tumbuh positif, termasuk peningkatan peran sektor keuangan.

8. Thailand

Berkebalikan dengan negara-negara berkembang lainnya, nilai tukar baht Thailand justru menguat.

Bahkan, baht merupakan mata uang berkinerja terbaik di Asia dan nilainya terus stabil sepanjang tahun. Perkasanya baht merupakan dampak dari fundamental ekonomi Thailand yang kuat. Inflasi di Negeri Gajah Putih tersebut rendah dan surplus transaksi berjalannya pun besar. VOA mewartakan, besarnya surplus transaksi berjalan Thailand sebagian didorong pertumbuhan sektor pariwisatanya yang sangat kuat.

Surplus transaksi berjalan mendukung kuatnya nilai mata uang suatu negara dan berarti negara tersebut kurang bergantung pada mata uang asing. Selain itu, Thailand adalah eksportir besar mobil dan barang-barang lainnya, yang juga memberikan kontribusi penting terhadap surplus transaksi berjalan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Indonesia Masuk Daftar 8 Negara dengan Risiko Krisis Paling Kecil".

Baca Juga : Sri Mulyani: Tiap Rupiah Melemah Rp100, Penerimaan Negara Naik Rp4,7 Triliun