Find Us On Social Media :

Kita Bisa Mencontoh Mereka, Banyak Tokoh Dunia Mencari Kesempurnaan Moral dengan Puasa

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 4 Juni 2017 | 17:45 WIB

Dalai Lama: Rahasia Panjang Umur Ada di Kepala

Dengan kata lain, stres yang terkendali justru merupakan daya pendorong, tenaga konstrukstif di balik kreativitas, yaitu untuk mengungkit prestasi dalam bidang apa saja.

Perubahan jadwal makan-minum selama berpuasa pun tak luput dari stres, sebab orang harus, menahan lapar dan dahaga seharian. Untungnya, hal itu, menurut hasil riset, hanya memiliki nilai stres 15.

Ini ternyata jauh di bawah nilai stres 29 akibat perubahan tanggung jawab dalam pekerjaan, dan nilai stres 53 akibat sakit atau kecelaka,an.

Yang lebih menggembirakan  lagi, sesudah orang berpuasa memasuki minggu kedua, umumnya stresnya kian terkendali, lantaran fisik maupun mentalnya sudah bisa beradaptasi secara mantap.

Jadi, dengan berpuasa pun kita bisa mengendalikan stres.

(Baca juga: Soal Penembakan Orlando, Dalai Lama: Semua Agama Punya Orang Jahat)

Sebagai psiko-fisioterapi

Karena berpuasa secara teratur mampu mengendalikan stres, maka tak heran jika terapi puasa ini berkembang peminatnya dan cukup populer di Eropa dan Amerika Serikat.

Karena berbagai penyakit berat akibat pengaruh  stres berkepanjangan bisa dicekal atau dipercepat proses penyembuhannya di samping upaya medis.

Di klinik dekat Pyrmont, Jerman, dr. Otto Buchinger dan kawan-kawan telah banyak menyembuhkan pasien dengan terapi puasa. Penyembuhan meliputi penyakit fisik dan kejiwaan, sehingga bisa dikatakan sebagai psiko-fisioterapi.

Setelah para pasien dirawat secara medis selama sekitar 2 - 4 minggu dan berdisiplin puasa, ternyata mereka lebih cepat sehat dan segar kembali baik fisik maupun mentalnya.

Juga lebih bergairah hidup. Berbagai penyakit, antara lain penyakit kardiovaskuler, ginjal, kanker, hipertensi, depresi, diabetes, maag dan insomania, juga dapat disembuhkan.

Dr.- Yuli Nekolar dari Moscow Institute of Psychiatry pun melaporkan hasil risetnya bahwa upaya penyembuhan secara medis yang disertai dengan terapi puasa hasilnya lebih baik dan lebih cepat.

Hal ini juga telah dibuktikan kehandalannya oleh para pasien yang menjalani terapi puasa itu di sejumlah klinik Health Spa di Amerika.

Meski cara berpuasa di klinik itu tak persis sama dengan praktek puasa Ramadhan, tapi dasar fisiologi dan biokimia yang terjadi dalam tubuh pada prinsipnya sama.

Manusia modern hingga kini masih kewalahan menghadapi ulah aneka macam penyakit.

Entah itu penyakit fisik maupun mental, di samping penyakit sosial yaitu dalam hal pencegahan, penyembuhan, dan terutama dalam upaya mengatasi perkembangan penyakit.

(Baca juga: Hati-hati, Minum Obat saat Puasa Ada Aturannya, yang Bisa Berakibat Fatal Jika Diabaikan)

Sebab terbukti bahwa obat-obatan hasil rekayasa otak manusia, dari yang tradisional sampai yang dijamin secara medis, bisa  manjur namun bisa juga tidak mempan, padahal sering harus ditebus dengan biaya relatif mahal.

Belum lagi kita dihadang untuk menanggulangi keganasan penyakit AIDS yang belum ada obatnya.

Namun, segala penyakit "canggih" itu tentu tak akan mampu mendekat apabila kita melaksanakan komitmen iman-takwa-moral yang menjadi esensi ibadah puasa.

Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan. (Soekimo, Ketua Forum Kajian Islam dan Aplikasi Sosial-Kemasyarakatan-dan pustakawan pada Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI  Jakarta)

(Pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1998)