(Baca juga: Mohammad Hatta: Biarlah Indonesia Tenggelam ke Dasar Lautan Kalau Tetap Dikuasai Penjajah)
Pengendali stres
Kehidupan dalam arus modernisasi - di kota-kota besar terutama - sering diliputi stres yang tak terkontrol, lebih-lebih dengan seringnya terjadi kemacetan lalu lintas dan kejahartan yang terjadi seperti akhir-akhir ini.
Tetapi, jahatkah stres itu?
Pada dasarnya stres bisa berpengaruh negatif maupun positif, tergantung orangnya. Seperti kita ketahui, persoalannya iergantung apakah kita bisa mengendalikannya atau tidak.
Orang-orang yang tak mampu mengendalikan stres itu merasa tertekan dan tak tenang.
Kondisi psikis yang serba tak enak itu, menurut riset kedokteran, telah memicu timbulnya berbagai penyakit berat, yaitu penyakit kardiovaskuler (pembuluh darah dan jgntung), hipertensi, ginjal, tumor/kanker, diabetes, maag, depresi, dan insomnia.
Tak heran bila pihak WHO menyebutkan, stres lepas kendali ini merupakan pembunuh terbesar di dunia.
Statistik perihal itu menunjukkan "penyakit gaya hidup modern" yang 30 tahun silam tak dikenal di negara-negara berkembang kini malah jadi penyebab kematian 40 - 50%.
Dalam bukunya The Turning Point: Science Society and the Raising Culture, Capra menyatakan stres lepas kendali merupakan salqh satu ekses modernisasi yang diakibatkan oleh terpisahnya sains dan teknologi dari pengaruh spiritual keagamaan.
Padahal, jenius kaliber dunia Albert Einstein pernah berkata, "Ilmu pengetahuan tanpa agama akan buta dan agama tanpa ilmu pengetahuan akan lumpuh."
Sebenarnya, kalau saja stres itu kita kendalikan dengan berpuasa secara reguler misalnya, minimal bisa membangkitkan energi mental agar orang bersemangat, percaya diri, dan optimistis, sehingga bersikap pantang mundur serta selalu terpacu untuk mencapai prestasi atau kesuksesan yang diridhai Tuhan.