Find Us On Social Media :

Guru Ini Mendapatkan Empati dari Murid-muridnya Ketika Sakit, Ini Sebabnya

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 3 Juni 2017 | 20:45 WIB

Pengalaman Adalah Guru Terbaik

Lalu ia melangkah mundur untuk melihat wajah saya. “Jangan takut, Bu,” katanya sungguh-sungguh. “Saya tahu, kau akan kembali karena sekarang giliran kami merawat Anda.”

(Baca juga: Jika Tak Dibongkar, Rumah Mewah Juragan Warteg Mungkin Akan Bernasib Sama dengan Rumah Ini)

Tidak ada yang pernah bisa melakukan pekerjaan yang lebih baik. Anak-anak mengirimkan buku cerita lucu saat saya menjalani kemoterapi pertama.

Lalu sebuah video dari setiap kelas dengan nyanyian lekas sembuh pada kemoterapi berikutnya.

Pada kemoterapi ketiga, sebuah kotak musik lembut diputarkan oleh perawat, di dalamnya mengalun lembut I Will Always Love You.

Saat saya di ruang isolasi di rumah sakit untuk transplantasi sumsum tulang pun, surat-surat dan gambar dari mereka terus berdatangan dan hampir menutupi seluruh dinding ruangan.

Kemudian anak-anak menggambar di atas kertas berwarna, memotongnya, dan menempel membuat pelangi di dalam ruangan kamar.

“Saya seperti melangkah ke Disneyland setiap kali masuk ruangan ini,” kata dokter tertawa.

Belum lagi sebatang pohon apel buatan tinggi yang ditempeli pesan-pesan kecil di tiap rantingnya dari murid-murid dan para guru.

Akhirnya saya cukup sehat untuk kembali bekerja. Saat berjalan menuju ke sekolah, tiba-tiba saya diliputi keraguan.

(Baca juga: Sekian Lama Berdiri Gagah di Tengah Jalan Tol, Rumah Mewah Milik Juragan Warteg Itu Akhirnya Dibongkar Juga)

Bagaimana bila anak-anak melupakan saya?

Bagaimana bila mereka tidak menginginkan saya yang botak dan kurus? Saya melihat tulisan di spanduk “Selamat datang kembali Bu..”

Semakin mendekat, saya memandang pita merah muda di jendela, terikat pada gagang pintu, bahkan di atas pohon. Anak-anak dan para guru mengenakan pita merah muda juga.

Sahabat pirang kecil saya maju di baris pertama menyambut saya. “Anda kembali, Bu, benar-benar kembali!” Ia berteriak, “Lihat, aku sudah bilang ‘kan kalau kami akan menjagamu!”

Saat aku memeluknya erat-erat, samar-samar saya mendengar kotak musik saya memainkan lagu I Will Always Love You.