Dalam Dunia Bisnis, Sukses adalah Guru yang Jelek!

Ilham Pradipta M.

Editor

Dalam Dunia Bisnis, Sukses adalah Guru yang Jelek!
Dalam Dunia Bisnis, Sukses adalah Guru yang Jelek!

Intisari-Online.com -Para pebisnis pastilah mendambakan untuk menjadi kaya atau setidaknya mampu memperoleh kebebasan secara finansial. Masalahnya, seorang pebisnis pemula biasanya merasa hal itu terasa sulit untuk dicapai. Mereka harus berhadapan dengan berbagai realitas. Jalan terasa masih begitu panjang.

Saat terbentur dengan berbagai masalah, tak jarang pebisnis pemula menyerah. Mereka mundur. Padahal sikap inilah yang perlu dieliminasi bila ingin berkecimpung di dunia bisnis. Ingatlah, dalam bisnis terdapat berbagai hal yang lebih dituntut dibandingkan sekadar modal dan strategi. Yakni, keberanian, pintar, terampil, cerdik, gigih, ulet, metal kuat, dan lihai. Sikap-sikap inilah yang dimaksud sebagai jiwa kewirausahaan.

“Biasanya musuh utama adalah diri sendiri, takut gagal hingga mudah menyerah,” ujar Andrie Wongso, Motivator sekaligus pengusaha dan coach bisnis. Padahal, sebagai pengusaha, modal awalnya harus memiliki jiwa kewirausahaan.

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan, jelas membutuhkan proses. Namun untuk menumbuhkannya, kita juga harus siap menerima risiko. Terutama risiko kegagalan. Karena inilah risiko yang pasti ditemui para pengusaha pemula. Baik kegagalan kecil maupun besar.

Jiwa kewirausahaan ini juga akan memberi nilai positif bagi pebisnis. Mereka semakin fleksibel, berpikiran terbuka dan terus belajar. Dari berbagai perubahan yang dilalui, mereka juga tumbuh semakin sukses.

Hal lain yang perlu dipahami, menjalankan bisnis yang dibarengi dengan jiwa kewirausahaan, dapat menghasilkan kecerdasan finansial bagi diri kita. Kecerdasan inilah yang bisa memecahkan masalah dan menghasilkan uang. Ingat, memiliki uang tanpa kecerdasan finansial justru akan membuat uang cepat habis.

Pebisnis pemula yang belum memiliki jiwa kewirausahaan, justru kerap merasa takut rugi atau bangkrut. “Akibatnya mereka bersifat konservatif soal keuangan” tutur Kiyosaki. Mereka tidak berani mengambil risiko. Segala sesuatu harus dilakukan dengan aman.

Sikap takut atau ragu sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Masalahnya, perlu disadari juga, ketakutan berlebihan justru bisa mengurangi kejeniusan finansial sebagai pebisnis pemula. Padahal, kejeniusan ini akan menuntut keterampilan dan keberanian. Belajar untuk mengambil risiko itu penting untuk membiarkan kejeniusan kita mengubah ketakutan menjadi kekuatan dan kelihaian.

“Sukses adalah guru yang jelek,” tutur Kiyosaki dan Lechter dalam The Cashflow Quadrant. Justru dari kegagalan, kita akan belajar tentang diri sendiri. Gagal adalah bagian dari proses menjadi sukses. Tidak ada kesuksesan tanpa kegagalan. Artinya, orang yang tidak berhasil sesungguhnya adalah orang yang tak pernah gagal.