Find Us On Social Media :

Inilah Alasan Saat Puasa, Semakin Banyak Kita Tidur, Tubuh Justru Semakin Lemas

By Ade Sulaeman, Selasa, 30 Mei 2017 | 16:40 WIB

Tidur dengan baik dan benar merupakan cara termudah untuk kita agar tepat sehat, bahagia, dan lebih produktif

Intisari-Online.com – Terapi puasa kini ternyata banyak diminati dan cukup populer di Eropa dan AS. Pada sebuah klinik di dekat Pyrmont, Jerman, Dr. Otto Buchinger telah menyembuhkan banyak pasien dengan terapi puasa selama 2 - 4 minggu di samping upaya medis.

Konon mereka lebih cepat sembuh dan segar kembali, baik fisik maupun mental, juga lebih bergairah hidup.

(Baca juga: Puasa Bikin Sulit Konsetrasi? Dokter Spesialis Gizi Justru Nyatakan Puasa Bikin Otak Lebih Prima)

Yang disembuhkan itu antara lain penyakit pembuluh darah dan jantung, diabetes, insomnia, depresi, ginjal, tumor atau kanker, obesitas, juga rematik.

Bahkan seorang dokter, Dr. Yuli Nekolar, dari Moscow Institute of Psychiatry melaporkan hasil risetnya: upaya penyembuhan secara medis disertai dengan terapi puasa hasilnya lebih baik dan cepat. Begitu juga yang dijalankan oleh Klinik Health Spa di AS.

Makanan yang tertelan akan mengalami proses metabolisme, sehingga, sesuai dengan fungsinya, bisa dimanfaatkan sel-sel tubuh demi kelangsungan hidupnya.

Tetapi, proses  metabolisme ini selalu menghasilkan sejumlah zat sisa (sampah dari tubuh),  misalnya ureum, radikal bebas, atau lainnya yang harus dibuang oleh tubuh, karena bersifat racun.

Dengan berpuasa, terjadilah semacam  proses pencucian, selain pembentukan zat-zat sisa juga jadi berkurang. Hasilnya, sel-sel tubuh jadi lebih segar atau muda kembali.

(Baca juga: Sukses Raih Liga Eropa, Paul Pogba sang Pemain Bola Termahal Dunia Awali Puasa dengan Ibadah Umrah)

Selain itu, puasa tidak hanya baik bagi kesehatan fisik, tetapi juga dapat mengendalikan gejolak emosi. Menurut Dr. Alan Scot dari AS, berpuasa ternyata membuat seseorang lebih mampu menguasai dorongan seksnya.

Lalu, bagaimana pengaruh puasa pada daya pikir seseorang? Selagi menahan lapar dan haus seharian, saluran pencemaan beristirahat.

Maka otot-otot peristaltik, kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan enzim pencemaan, bahkan jaringan hati, juga tidak bekerja sepanjang  pagi sampai petang.