Find Us On Social Media :

Rupiah Tembus Rp14 Ribu per Dolar AS, Bisnis AS Tidak Terus Naik, Justru Ekonomi Indonesia Lebih Baik

By Adrie Saputra, Senin, 27 Agustus 2018 | 09:00 WIB

Selain meningkatkan suku bunga, the Fed mengurangi stimulus lainnya yakni mengurangi quantitative. Kita tahu setelah krisis 2008, the Fed melonggarkan likuiditas dengan membeli surat utang negara dan korporasi di AS.

Langkah ini disebut quantitative easing dengan tujuan agar likuiditas di AS meningkat.

Ini alasan mengapa ekonomi global saat ini membaik, dimotori oleh Amerika, China, Eropa. Akibatnya harga komoditas seperti energi meningkat.

Sehingga kondisi ini harus disikapi pemerintah dan investor.

Bagaimana prospek ekonomi AS benarkah akan terus membaik?

Proyeknya bisa kita lihat dari leading indicator.

Ini yang jarang dibahas di banyak pertemuan.

Yaitu yield spread obligasi AS yang short term dan long term ternyata menipis.

Ini menandakan siklus bisnis di Amerika tidak akan terus naik tinggi.

Polanya, tren yield spread yang positif mengawali penguatan ekonomi, demikian pula sebaliknya, jika trendnya negatif, maka ekonomi AS akan melambat.

Dengan yield spread di AS yang menipis, diduga ekonomi AS tidak terlalu ekspansif sehingga The Fed diduga tidak akan terlalu tinggi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi AS.

Jelas tidak mungkin suku bunga the Fed akan melebihi pertumbuhan ekonomi AS karena itu akan membunuh pertumbuhan ekonomi AS.