Find Us On Social Media :

Warga Dusun Kasuran: Jangan Tidur di Kasur Jika Ingin Terbebas dari Santet

By Moh Habib Asyhad, Senin, 8 Mei 2017 | 18:00 WIB

jangan tidur di kasur jika ingin terbebas dari santet

Sebenarnya, tidak semua jenis kasur dipantang oleh mereka, melainkan hanya yang terbuat dari kapuk atau kapas.

Hingga kini masih ada sebagian masyarakat yang mempercayainya walaupun sebagian lainnya mulai mengabaikan.

Keluarga Kartiman misalnya. Meski menggunakan kasur kapuk, dia mengaku tak mengalami balak.

“Pantangan itu kan cuma mitos. Kalau memang berani melanggar beranilah secara tegas dan yakin. Toh hidup mati seseorang itu Tuhan-lah yang mengatur. Tapi jangan coba-coba melanggar kalau hati mimir alias setengah-setengah,” ujar Kartiman.

Riwayat pantangan

Versi yang masuk akal dikisahkan Sukarno, guru SMP di Gunungkidul yang pernah menelaah  mitos Kasuran untuk tujuan penulisan skripsinya. Menurutnya, pantangan tersebut berkait dengan krisis Kerajaan Mataram era Amangkurat I.

Kisahnya berawal dari meletusnya kerusuhan di Mataram yang berujung pada pembantaian warga tahun 1648, yang menurut catatan De Graaf menelan korban hingga 6000 jiwa.

(Baca juga: Mengerikan! Ketika Tiga Veteran Perang Menceritakan Pengalaman Pertama Menghabisi Nyawa Orang)

Konflik terjadi antara pihak loyalis raja versus para penentang. Pertikaian antar-kedua belah pihak berkembang menjadi perang dan pembunuhan gelap yang dilakukan oleh para telik sandi atau intelijen.

“Perang antar kedua pihak tak hanya melibatkan fisik, namun juga adu ngelmu metafisik, termasuk penggunaan santet atau guna-guna,” papar Sukarno.

Salah seorang loyalis raja – sebagaimana tertulis dalam Wajah Tirani Mataram karya Wrasti Pradipta – adalah Ki Kamijora warga Dusun Joran (sekarang Kasuran), yang juga kawan seperguruan Amangkurat I saat menimba ilmu pada Ki Brayut, guru spiritual kerajaan era Sultan Agung.

Kamijora ditugaskan memimpin pasukan untuk menghabisi lawan-lawan politik raja.