Find Us On Social Media :

Sebagai Negara Jajahan, Seistimewa Apakah Perlakuan Rakyat Indonesia Dulu kepada Raja-Ratu Belanda?

By Ade Sulaeman, Sabtu, 6 Mei 2017 | 14:30 WIB

Saat penobatan Raja Willem-Alexander

Belum sembuh dari bilur-bilur perang, tahun 1953, Belanda yang sebagian negaranya lebih rendah dari permukaan laut itu dihantam gelombang laut hebat yang menjebol banyak tembok pencegah air laut menggenangi daratan.

Lebih dari 2.000 orang tewas terbenam, puluhan ribu orang terjebak banjir. Juliana menunjukkan dirinya sebagai ratu yang prihatin.

(Baca juga: Soal Kapal Perang Belanda yang Hilang di Laut Jawa, Indonesia Tolak Tuduhan)

Dengan mengenakan mantel usang dan sepatu but, ia tidak ragu-ragu mendatangi tempat-tempat penampungan untuk membawakan makanan dan pakaian, walaupun harus bergelimang lumpur.

Lalu tahun 1956 ia melahirkan putri keempat, Marijke (kemudian diubah menjadi Christina) yang kedua belah matanya cacat, karena ketika sedang hamil muda Juliana menderita campak Jerman.

Saking ingin mata anaknya terhindar dari kebutaan, ia percaya pada seorang dukun. Celakanya, dukun itu juga mempengaruhi Juliana untuk hal-hal lain yang dianggap bisa membahayakan negara, sehingga si dukun dijauhkan secara paksa.

Kembalikan sepedaku!

Tahun 1965, Putri Mahkota Beatrix menimbulkan kehebohan. Sarjana hukum lulusan Leiden ini akan menikah dengan seorang ningrat Jerman bernama Claus von Amsberg, seorang diplomat di Departemen Luar Negeri Jerman.

Kita tahu Belanda pernah sengsara dijajah Jerman dalam Perang Dunia II. Sebenarnya, ayah putri, Pangeran Bernhard, juga orang Jerman seperti halnya kakek putri dan nenek buyutnya.

Namun pernikahan mereka terjadi sebelum Nazi Jerman menyerbu Belanda. Akhirnya setelah dilakukan penelitian yang saksama, nama Claus dibersihkan dari keterlibatan dengan Nazi dan pernikahan dilangsungkan pada 10 Maret 1966.

Kereta kencana yang membawa pasangan pengantin dilempari bom asap oleh penonton. Di antara spanduk-spanduk para pemrotes, ada yang bertuliskan, “Mijn fiets terug!” (Kembalikan sepedaku!)

Soalnya tentara Jerman menyita sepeda-sepeda rakyat saat mereka menjajah Belanda. Kemudian ternyata Pangeran Claus menjadi salah seorang anggota keluarga kerajaan yang paling dicintai di Belanda.