Find Us On Social Media :

Sebagai Negara Jajahan, Seistimewa Apakah Perlakuan Rakyat Indonesia Dulu kepada Raja-Ratu Belanda?

By Ade Sulaeman, Sabtu, 6 Mei 2017 | 14:30 WIB

Saat penobatan Raja Willem-Alexander

Intisari-Online.com – Pada tanggal 30 April 2013, Ratu Beatrix (75) dari Belanda dengan sukarela menyerahkan takhta kepada putra sulungnya. Pangeran Willem-Alexander Claus George Ferdinand, hari itu juga dilantik menjadi Raja Willem-Alexander dalam upacara yang sangat sederhana.

Bagi rakyat Indonesia, peristiwa itu dianggap biasa saja. Padahal ketika Beatrix lahir tahun 1938, rakyat Hindia Belanda merayakannya dengan sangat meriah, karena kita masih menjadi jajahan negara kecil itu.

(Baca juga: Ki Hajar Dewantara, Waktu Kecil Kerap Berkelahi dengan Sinyo, eh Pas Besar Dibuang ke Belanda?)

Bahkan ulangtahun nenek Beatrix, Ratu Wilhelmina, setiap tahun dirayakan dengan pasar malam di Gambir, yaitu di tempat yang kini menjadi Monumen Nasional di Jakarta.

Ratu Juliana menyerahkan kedaulatan atas Hindia Belanda kepada RI

Ketika Intisari lahir, di Belanda bertakhta Ratu Juliana (1909-2004). Dialah yang pada 27 Desember 1949 di Amsterdam menandatangani penyerahan kedaulatan atas Hindia Belanda (kecuali Irian Barat) kepada pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Wakil Presiden R.I. Drs. Moh. Hatta.

Pada saat itu Juliana belum genap empat bulan menjadi ratu. Ia mewarisi tahta dari ibunya, Ratu Wilhelmina, yang turun takhta dengan sukarela.

Juliana yang belajar hukum internasional di Universitas Leiden itu, menjadi ratu pada saat yang sulit.

(Baca juga: Sejarawan Belanda: Makam di Selopanggung Terbukti Makan Tan Malaka)

Sembilan tahun sebelumnya Belanda diduduki Nazi Jerman di bawah Diktator Adolf Hitler. Ratu Belanda waktu itu, Wilhelmina, memboyong keluarganya mengungsi ke London, Inggris.

Setahun kemudian, Putri Juliana membawa anak-anaknya pindah ke Ottawa, Kanada. Seusai perang, keadaan Belanda morat-marit.

Tujuh belas Agustus 1945, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan Juliana harus mengakui kemerdekaan jajahannya itu empat bulan setelah ia menjadi ratu.