Find Us On Social Media :

Penampakan Roh Sebagai Tanda Ajal Sudah Dekat dan Berbagai Kepercayaan Tentang Roh di Berbagai Negara

By Ade Sulaeman, Sabtu, 6 Mei 2017 | 13:00 WIB

Penampakan roh bisa pertanda saat ajal mendekat

Intisari-Online.com – Roh dipandang sebagai satu dari beberapa unsur penting dalam diri manusia.

Kepercayaan lama, yang bahkan secara luas masih diyakini hingga kini, menyatakan bahwa roh atau jiwa manusia dapat mengambil bentuk yang kasat mata.

(Baca juga: Jangan Membangunkan Orang yang Sedang Tidur, Bisa Jadi Rohnya Masih Terhambat dan Belum Kembali)

Penampakan roh bisa menjadi pertanda, ajal sudah dekat.

Matahari mulai surut ke Barat pada suatu hari di bulan Agustus 1992. Suasana desa di pantai utara Jawa Tengah, itu pun mulai senyap. Satu per satu lampu-lampu di dalam rumah penduduk mulai dinyalakan.

Dari kejauhan, kedap-kedip sinarnya sulit dibedakan dengan kelap-kelip kunang-kunang yang menyerbu persawahan siap panen.

(Baca juga: Ilmu Maling Tempo Doeloe: Baru Beraksi Kalau Roh Pelindung Desa Sedang Sibuk Bercinta)

Tak seberapa jauh dari kantor kelurahan, seorang ibu menutup jendela-jendela rumahnya. Tiba-tiba matanya menangkap sesosok tubuh yang sangat dikenalinya berdiri dekat rumpun pisang di halaman rumahnya.

“Eh, Dik Gendut, dari mana malam-malam begini? Oh, ya, kapan melahirkan kok belum ke rumah sakit?" seru ibu Sri, si pemilik rumah, ditujukan pada sosok itu.

Namun, tak sepatah kata pun keluar dari mulut sosok wanita bertubuh subur yang, menurut pengakuan ibu Sri, menatapnya lekat-lekat itu.

Esoknya, ketika ibu Sri tengah sibuk di dapur, datang saudaranya mengabarkan bahwa Dik Gendut, adik bungsunya, meninggal dunia ketika melahirkan di rumah sakit tadi malam. Lalu, siapakah sosok  wanita yang mirip adik perempuannya itu?

(Baca juga: Kisah Kopi Instan di Awal '90-an (1): 'Diminum Roh Leluhur')

Kisah nyata itu hanyalah satu dari sekian banyak cerita yang beredar di masyarakat, tentang bagaimana seseorang yang telah meninggal bisa berada di tempat lain untuk menemui seseorang.

Percaya atau tidak, kasus yang bisa disebut sebagai aparisi ini sebenarnya telah muncul sejak berabad lalu dan terjadi di seluruh belahan bumi.

Namun yang sering mengusik banyak orang, siapa sesungguhnya sosok itu. Roh si mati, ataukah hantu? Dari sinilah muncul pendapat ahli mengenai fenomena roh ganda atau kembar, termasuk di antaranya aparisi atau penampakan roh.

Bayangan sama dengan roh

Roh manusia dapat mengambil bentuk yang kasat mata. Pemikiran ini rupanya telah tertanam kuat dalam pikiran banyak masyarakat.

Salah satu contoh adalah kisah penuh tanda tanya yang dituangkan dalam tulisan karya Moreton, History of Apparitions, tentang seorang pemuda di Hindia Belanda yang tidak akan diberi warisan oleh ayahnya.

Tiba-tiba roh gandanya menampakkan diri di kantor pengacara ayah si pemuda, dan berseru "Tahan!". Seruan itu membuat ketakutan semua yang hadir.

Hal-hal semacam itulah yang membuat keberadaan dan sifat roh sejak lama memikat perhatian para filsuf dan ahli supranatural.

Penampakan-penampakan yang mereka tuangkan dalam karya seni bisa ditemukan mulai dari zaman Mesir kuno hingga pelukis surealis abad XX, antara lain Magritte.

Sebuah contoh penggambarannya, dari zaman primitif misalnya, roh sering kali ditampilkan berbentuk sejenis jin yang keluar dari mulut.

Konsep roh ganda terus hidup dan bertahan dalam cerita rakyat. Terutama kepercayaan bahwa sepanjang hidup setiap manusia akan didampingi oleh dua kembaran kepribadiannya.

Yang satu  bersifat baik dengan penampilannya yang bercahaya. Sementara yang lainnya bersifat buruk dengan wujud fisik yang gelap dan menakutkan.

Konsep yang benar-benar aneh ini mungkin mula-mula terbentuk dari rasionalisasi pemikiran primitif terhadap pantulan di kolam dan bayangan hitam yang selalu mengikuti manusia.

Di seluruh dunia ada begitu banyaknya adat, legenda, dan takhayul yang berkaitan dengan pantulan dan bayangan.

Suku Zulu, misalnya, percaya bahwa sungguh berbahaya bila seseorang memandang ke dalam permukaan kolam. Bisa-bisa ia akan ditangkap oleh penunggu kolam. Bayangannya pun bisa tersesat atau terluka bila yang bersangkutan ceroboh.

Kepercayaan ini serupa dengan paham yang dianut masyarakat Yunani kuno. Bagi mereka, malapetaka yang fatal akan muncul bila seseorang melihat bayangannya di permukaan kolam.

Kepercayaan ini diduga lahir karena mengacu pada mitologi Yunani tentang Narcisus, anak dewa yang mati, dengan terjun ke sumur setelah jatuh cinta dengan bayangannya sendiri yang muncul di permukaan air sumur.

Sementara itu menurut kepercayaan masyarakat Cina, sebuah upacara kematian haruslah dilakukan dengan hati-hati, sehingga tidak ada bayangan dari pelayat "terperangkap" masuk dalam peti mati.

Dari sini bisa ditarik kesamaan paham, kalau sampai bayangan itu terperangkap, luka atau hilang, tubuhnya pun akan mengalami penderitaan yang sama.  Paham serupa sebenarnya juga secara tak sadar telah dipraktekkan oleh anak-anak dari bangsa apa pun.

Saat bermain perang-perangan, mereka sering kali saling menginjak bayangan dengan maksud membunuh "lawannya".

Lain lagi dengan pendapat bangsa Persia kuno bahwa setiap manusia dijaga oleh roh jahat dan baik, yang sangat mempengaruhi pikirannya mulai dari lahir hingga mati.

Sebaliknya, bangsa Yunani kuno menggolongkan roh ganda setiap orang itu sebagai hantu. Roh ganda itu, menurut mereka, dapat hadir terpisah dari wadaknya (raganya).

Meskipun wujudnya sama dengan wadaknya, mereka percaya penampakannya itu bisa jadi pertanda kematian sudah sangat dekat.

(Seperti ditulis dalam Intisari edisi Januari 1996)