Find Us On Social Media :

Waspada! Wabah Laten yang Terkubur di Padang Es Selama Berabad-abad Itu Mulai Bangkit

By Agus Surono, Jumat, 5 Mei 2017 | 19:40 WIB

Permafrost tundra di Siberia.

Saat bumi memanas, lapisan es (permafrost) pun akan meleleh. Dalam keadaan normal, lapisan permafrostik tebalnya sekitar 50 cm. Tapi sekarang pemanasan global secara bertahap mengekspos lapisan permafrost yang lebih tua.

Lapisan es beku menjadi tempat ideal bagi bakteri untuk tetap hidup dalam jangka waktu yang sangat lama. Bahkan bisa selama satu juta tahun. Itu berarti mencairnya es berpotensi membuka kotak pandora penyakit.

Suhu di Lingkaran Arktik meningkat dengan cepat, sekitar tiga kali lebih cepat dibandingkan di tempat lain di muka Bumi. Seiring es dan lapisan es mencair, bakteri dan virus yang terkubur pun mungkin dilepaskan.

"Permafrost merupakan pelestari mikroba dan virus yang sangat baik, karena dingin, tidak ada oksigen, dan gelap," kata ahli biologi evolusioner Jean-Michel Claverie di Universitas Aix-Marseille di Prancis.

"Virus patogen yang dapat menginfeksi manusia atau hewan mungkin terawetkan di lapisan permafrost tua, termasuk beberapa yang telah menyebabkan epidemi global di masa lalu," tambah Claverie.

Pada awal abad ke-20 saja, lebih dari satu juta rusa meninggal karena antraks. Tidak mudah menguburkan semua bangkai rusa itu, sehingga sebagian besar dikubur sebisanya. Ada sekitar 7.000 tempat penguburan bangkai itu di Rusia utara.

Namun, ketakutan besar adalah apa lagi yang mengintai di balik tanah yang membeku itu?

Bakteri beku hidup kembali

Orang dan hewan telah terkubur di permafrost selama berabad-abad. Jadi bisa dibayangkan bagaimana jika agen penginfeksi itu dilepaskan. Misalnya, para ilmuwan telah menemukan virus spanyol yang masih utuh pada mayat yang dikuburkan secara massal di tundra Alaska. Padahal wabah itu menyerang pada 1918. Cacar dan wabah pes pun sepertinya terkubur juga di Siberia.

Dalam sebuah penelitian tahun 2011, Boris Revich dan Marina Podolnaya menulis, "Sebagai konsekuensi dari mencairnya lapisan es, hewan pembawa infeksi mematikan pada abad ke-18 dan ke-19 mungkin akan kembali, terutama di dekat pemakaman tempat korban infeksi ini dikuburkan."

Misalnya, pada 1890-an ada epidemi besar cacar di Siberia. Satu kota kehilangan 40 persen populasi. Mayat mereka dikuburkan di bawah lapisan atas permafost di tepi Sungai Kolyma. Ketika banjir terjadi 120 tahun kemudian, lapisan itu mulai terkikis. Ditambah dengan mencairnya lapisan es, proses erosi itu bertambah cepat.

Dalam sebuah proyek yang dimulai pada 1990-an, para ilmuwan dari Pusat Penelitian Virologi dan Bioteknologi Novosibirsk telah menguji sisa-sisa orang Zaman Batu yang ditemukan di Siberia bagian selatan, di wilayah Gorny Altai. Mereka juga telah menguji sampel dari mayat orang-orang yang telah meninggal selama epidemi virus pada abad ke-19 dan dimakamkan di permafrost Rusia.