Find Us On Social Media :

Melihat Harbin Kota Patung Es Rekor Dunia, Jangan Sampai Menggigil Kedinginan Ya!

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 25 Agustus 2018 | 21:00 WIB

Ice Lantern Art Show atau Pameran  Seni Lampion Es di Harbin mulai diadakan sejak 1963. Di kota ini pula lahir cikal bakal seni lampion es di Cina. Hingga kini telah diadakan 26 kali di Taman Zhaolin dengan total pengunjung 26,18 juta orang!

Termasuk di antaranya tentu tokoh terkenal di Cina, seperti Jiang Zemin dan sejumlah pimpinan partai yang kerap mengunjungi pameran itu.

Tema pada China Harbin International Ice and Snow Festival ke-17 serta Ice Lantern Art Show ke-27 itu adalah New Century Dream of Ice. Lebih dari 2.000 pahatan es dipamerkan di sembilan tempat.

Sedangkan jumlah es yang dipakai konon diambil dari sungai, mencapai 30.000 m3. Jamak bila pameran kali ini disebut sebagai yang terbesar di abad baru ini sejak pertama diselenggarakan.

Baca juga: Orang-orang Kaya di Cina Membeli Monyet Seukuran Ibu Jari Untuk Jadi Hewan Peliharaan

Selain itu, tak heran bila kegiatan itu mampu merebut tujuh rekor dan dimasukkan dalam Guinness Book dengan kriteria pameran lampion es ruang terbuka terbesar, paling lama, dan. paling luas cakupannya.

Setiap musim dingin di situ diadakan pula kompetisi membuat patung es, bukan hanya di antara pemahat Cina, tetapi juga pemahat luar negeri. Bahkan kini pameran es ini menjadi pameran tradisional. Terbukti dengan diadakannya  kompetisi untuk murid sekolah dasar dan menengah.

Indahnya pahatan es tak hanya dapat dinikmati dalam arena pameran. Bahkan di sepanjang jalan, di depan setiap bangunan besar, serta lapangan pun berjajar patung es. Hal itu sungguh menambah marak suasana festival pahat es.

Cuaca yang amat dingin membuat kami sulit mengambil uang dari dompet untuk membeli cenderamata, apalagi untuk mengganti film. Kacamata pun terus berkabut dan muka laksana disayat-sayat.

Baca juga: Nenek di Cina Menjual Boneka Seks untuk Pengobatan Si Cucu yang Mengidap Leukimia

Bayangkan, tutup kepala ninja hitam di bagian mulut pun sampai memutih, mungkin karena napas yang membeku. Bahkan konon,  seandainya meludah pun akan langsung membeku.

Sayang kami tidak sempat memperhatikan berapa derajat suhu udara malam yang amat menggigit itu. Tapi besok siangnya, saat menonton orang menyelam dalam air dingin di tepi sungai yang lapisan esnya dilubangi, tampak termometer menunjukkan angka minus 26°C. Bisa dibayangkan bagaimana malam hari!