Find Us On Social Media :

Inggit Garnasih, Kartini Terlupakan Di Belakang Soekarno

By Yoyok Prima Maulana, Jumat, 21 April 2017 | 18:15 WIB

Inggit Ganarsih, wanita hebat di belakang SOekarno.

Satu tusukan berarti situasi aman. Dua tusukan artinya seorang kawan tertangkap. Tiga tusukan menandakan adanya penyergapan besar-besaran.

Segala macam hal dilakukan Inggit untuk meringankan beban Soekarno. Mulai dari menyelundupkan buku atau memberikan sejumlah uang dalam makanan. 

Bahkan, agar bisa menyelundupkan buku, Inggit harus berpuasa tiga hari agar buku-buku itu bisa ia sembunyikan di perut.

Inggit tak pernah menunjukkan kesedihan di depan suaminya. Termasuk saat Soekarno galau karena merasa menjadi suami yang gagal.

“Tidak, kasep (ganteng), jangan berpikir begitu. Mengapa mesti berkecil hati. Di rumah segala berjalan beres.Tegakkan dirimu, Kus (Kusno, panggilan kecil Soekarno), tegakkan! Teruskan perjuanganmu! Jangan luntur karena cobaan semacam ini!” tegas Inggit dengan kelembutan.

RELA IKUT DIBUANG

Setelah bebas dari hotel prodeo, Soekarno kembali melanjutkan perjuangannya.

Ini membuatnya ditangkap Belanda lagi dan dibuang ke Ende, Flores, sebelum kemudian dibuang ke Bengkulu.

Inggit sebenarnya bisa tidak ikut ke tempat pembuangan. Namun wanita yang hanya bisa membaca (tidak bisa menulis) ini keukeuh menemani suaminya ke mana pun, meski ke ujung dunia.

Saat di pengasingan di Ende, Soekarno terjangkit malaria. 

Saat itu, kondisi psikis Soekarno sangat lemah. Berkali-kali ia mengeluh kepada Inggit. 

Ia pernah berucap keinginan untuk membuat taktik berpura-pura bekerja sama dengan pemerintah agar segera kembali ke Jawa.