Find Us On Social Media :

Kejamnya Pergaulan Mama-Mama Jepang

By Yoyok Prima Maulana, Kamis, 20 April 2017 | 16:00 WIB

Bergaul dengan para mama Jepang harus penuh dengan etika. (Foto: Friendlyplanet.com)

Tiap anak memegang satu gelang. Itu berarti mereka harus bergerak bersama menuju taman.

Jika satu anak mogok jalan, seluruh barisan akan macet. Saya pernah mendengar Ibu Gurunya menegur seorang anak yang meleng, membelok keluar dari jalur, ujarnya : “Ayo, Tomo-kun, jalan yang benar ya. Kamu akan membahayakan teman-teman kalau berbelok begitu.”

Nah? Dari kecil mereka sudah dibiasakan bergerak dalam kelompok. Dan memperhatikan kepentingan orang lain. Jangan sampai merugikan orang lain.

DISEMANGATI SEJAK BAYI

Di Jepang semua orang tahu, harus membawa sampah pulang ke rumah bila tidak ada tempat pembuangannya di jalan, termasuk kotoran binatang peliharan yang dikeluarkan saat jalan-jalan.

Di kolam renang umum, anak-anak tidak boleh bermain karena akan mengganggu mereka yang serius ingin berolahraga.

Perbaikan jalan dilakukan pada hari libur atau tengah malam, agar lalu lintas umum tidak terganggu.

“Bahkan di dekat rumah mertua, ada lapangan bermain anak-anak bertuliskan ‘Dilarang ribut’ demi kenyamanan rumah-rumah sekitarnya,” papar Oing, teman saya tadi.

Merugikan orang lain itu haram hukumnya.

Atas prinsip ini, para Mama Jepang keras mendidik anak-anaknya. Pertama, mereka harus bisa mandiri sesegera mungkin.

Kedua, jangan sampai melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan orang lain, apalagi merugikan kepentingan umum.

Kata gambaru/gambatte/gambarimasu sangat sering terdengar di Jepang.