Find Us On Social Media :

Tak Perlu Takut Makan Mi Instan, Asal Tahu Cara Pintar untuk Mengonsumsinya

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 12 April 2017 | 16:20 WIB

Agar mi instan lebih shehat, pintar-pintarlah mengolahnya

Kandungan lain mi instan yang tidak boleh dilupakan adalah zat-zat aditif (tambahan), seperti pengawet, pewarna, perasa, pengental, dan sejenisnya. Bahan-bahan tambahan ini harus kita waspadai.

Jika terlalu banyak dikonsumsi, bahan-bahan ini mungkin saja mendatangkan efek buruk seperti gangguan sistem saraf, sistem pencernaan, bahkan tumor. Pada anak-anak bisa menyebabkan gangguan berkurangnya atensi serta hiperaktivitas (attention deficit and hyperactivity disorder – ADHD).

Salah satu cara mengurangi efek buruk dari kandungan natrium dan bahan-bahan tambahan lain adalah merebus mi instan lalu meniriskannya (membuang air rebusannya).

Di warung-warung makan, mi instan disajikan dengan cara seperti ini. Mi yang sudah direbus dihidangkan dengan air yang baru. Selain menambah nikmat, kebiasaan baik ini juga bisa mengurangi kadar natrium, pengawet, pewarna, pengental, dan bahan-bahan tambahan lainnya.

Namun di sebagian warung lain kadang penjualnya punya kebiasaan buruk. Mi yang sudah direbus dihidangkan dengan tambahan bumbu penyedap rasa. Cara ini justru akan menambah kandungan natriumnya.

Sebagian orang memasak mi instan dengan tambahan kuah dari kaldu rebusan lemak sapi. Cara ini mungkin bisa menambah kelezatannya. Tapi jangan lupa, kuah kaldu akan menambah kandungan lemak yang tidak bersahabat bagi penderita kadar kolesterol tinggi.

Satu kemasan mi instan saja sudah mengandung lemak sekitar 15 – 18 g. Jumlah ini setara dengan hampir sepertiga dari kebutuhan lemak harian kita.

Kandungan lemak dan bahan-bahan di dalam tiap merek mi instan mungkin berbeda. Sebagai konsumen, sebaiknya kita membiasakan diri memperhatikan keterangan di kemasannya.