Find Us On Social Media :

Inilah Kejahatan Brutal Papin Bersaudara hingga Menggemparkan Dunia

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 13 Agustus 2018 | 17:15 WIB

Intisari-Online.com - Dua kakak beradik bersaudara, Christine dan Léa Papin, telah melakukan pembunuhan mengerikan pada malam 2 Februari 1933.

Mereka membunuh seorang ibu dan anak perempuannya hingga tak dapat dikenali lagi.

Hal itu dikarenakan tubuh korban telah dirusak, dengan mata yang robek dan tubuh yang telah dimutilasi secara mengerikan.

Para korban adalah anggota keluarga kaya dari Le Mans di Prancis.

Baca Juga: Kisah Mitologi: Achilles, Prajurit Setengah Dewa Yunani Tapi Punya Satu Kelemahan

Mereka adalah majikan yang telah mempekerjakan Christine dan Léa sebagai pembantu rumah tangga penuh waktu.

Christine dan Léa sendiri masing-masing lahir pada 1905 dan 1911.

Mereka memiliki seorang kakak perempuan, Emilia, yang memilih menjadi biarawati setelah bertahun-tahun diduga dilecehkan secara seksual oleh ayah mereka yang pecandu alkohol.

Segera setelah Christine dan Léa cukup umur, mereka mencari tempat bekerja dan menjadi pembantu rumah tangga.

Baca Juga: Ketika Pesawat Jatuh, Jumaidi Terlempar ke Luar Tapi Kembali Keruntuhan Pesawat Untuk Cari Air Minum

Mereka dipekerjakan pada tahun 1926 oleh René Lancelin, seorang pensiunan yang tinggal di Le Mans bersama dengan istrinya Léonie Lancelin, dan salah satu dari dua putri mereka, Geneviève Lancelin.

Keluarga Lancelins memiliki rumah yang bagus, namun Christine dan Léa Papin menunjukkan perilaku yang aneh.

Mereka enderung diam dan tertutup, hanya terfokus satu sama lain.

Kemudian kuat dugaan bahwa mereka juga terlibat secara seksual satu sama lain.

Baca Juga: Juara Piala AFF U-16, Brylian Aldama Malah Tak Henti Menangis Teringat Ibunda Tercinta

Kakak beradik itu jarang berbicara kepada majikannya, René, selama masa sewa tujuh tahun.

Biasanya Léonie yang mengyuruh-nyuruh mereka untuk melakukan tugasnya.

Pada hari musim dingin di bulan Februari 1933, Léonie dan Geneviève tiba di rumah sekitar pukul 17.30 dan rumah dalam keadaan gelap gulita.

Rupanya hal itu dikarenakan kesalahan dari kabel yang tak diketahui, namun keadaan itu membuat Léonie.

Baca Juga: Percaya Diri Operasi Kaki Pasien, Dokter Ini Baru Sadar Ia Salah Orang, Akhirnya Dia Dipecat!

Namun Christine ustru melawan dan memukulnya dengan teko.

Geneviève mencoba memukul Christine untuk melindungi ibunya, namun dia segera diserang balik.

Christine lalu menginstruksikan Léa ntuk merobek mata Léonie.

Anehnya, Léa melakukan persis seperti yang diinginkan kakaknya, mencungkil mata dengan tangan kosong.

Baca Juga: Saking Gentarnya Hadapi Tank Rusia, Militer AS Sampai Buat Tiruannya Untuk Latihan Perang

Sementara itu, Christine berlari untuk mengambil berbagai peralatan dari dapur, termasuk palu dan pisau.

Mereka kemudian membunuh dan terus memutilasi tubuh majikan mereka selama sekitar 30 menit.

Bahkan ketika mayat Léonie dan Geneviève terbaring tak bernyawa di lantai, mereka terus menerus memukulinya.

Darah pun berceceran di mana-mana.

Baca Juga: Diejek Gendut oleh Teman-temannya, Pelajar Ini Bunuh Diri di Sekolah

Setelah kejahatan brutal itu, kakak beradik itu segera membersihkan diri namun tidak kabur.

Mereka justru mengunci dan menghalangi semua pintu, dan mundur ke kamar mereka di loteng.

Beberapa jam kemudian, René Lancelin pulang dalam keadaan mengerikan dan segera mengambil tindakan dengan membawa polisi.

Christine dan Léa pun ditangkap di kamar mereka dalam keadaan telanjang bersama.

Baca Juga: Kepala Bayi Ini Terputus Karena Persalinan Forsep, Siapa yang Salah Dalam Kasus Ini?

Selanjutnya, mereka juga langsung mengakui pembunuhan tanpa menunjukkan rasa penyesalan.

Kasus menggemparkan ini pun segera mendapatkan perhatian publik dan telah dianalisis oleh para penulis, pelukis, sutradara film, dan filsuf.

Drama Jean Genet dari 1947, berjudul The Maids adalah salah satu contoh awal di mana kasus Papin bersaudara mempengaruhi karya sastra.

Baca Juga: Batuk Bocah Ini Terdengar Sangat Aneh, Ternyata Dia Tak Sengaja Menelan Ini

Simone de Beauvoir dan Jean-Paul Sartre melihat itu sebagai kasus perjuangan kelas.

Bahwa kejahatan mereka mencerminkan suatu sistem di mana tokoh-tokoh seperti pembantu hidup dalam kondisi yang mengerikan dibandingkan dengan majikan kelas tinggi mereka, yang menikmati banyak hal.

Kasus ini membantu psikoanalis Jacques Lacan untuk mengembangkan tesis dan teorinya tentang pikiran manusia.

Melalui buku, lukisan, teater, dan film kasus kejahatan Papin bersaudara tak terlupakan sebagai salah satu pembunuhan paling mengerikan di Prancis abad ke-20.

Baca Juga: Pakai Senapan Mesin, ‘Sniper’ SAS Inggris Tembak Mati Petinggi ISIS dari Jarak 1,1 KM