Kisah Satu-satunya Adu Moncong Pesawat di Langit Indonesia yang Berbuah 12 Hercules

Ade Sulaeman

Penulis

Ignatius Dewanto Satu-satunya pilot ace Indonesia

Intisari-Online.com -Para pilot tempur (fighter) yang terwadahi dalam satuan-satuan berupa skadron angkatan udara (air force) merupakan ujung tombak dari kekuatan udara (air power) yang telah terbangun sekaligus menjadi tolok ukur kemampuan tempur kekuatan udara negara bersangkutan.

(Baca juga: Coffee Morning, Saat Para Pilot Pesawat Tempur TNI AU Menikmati Gorengan Sebelum Latihan)

Semua kekuatan udara yang dimiliki oleh negara-negara di seluruh dunia dari sisi kualitas dan kemampuan daya pukulnya sangat ditentukan oleh kemampuan serta keterampilan para pilotnya.

Oleh karena itu seorang pilot tempur menjadi demikian berharga karena dalam setiap missi tempurnya, ia mampu menghancurkan sasaran yang tidak terbatas, dan kadang-kadang menjadi wahana untuk menyelesaikan masalah secara tuntas (final solution).

Satu bom yang dijatuhkan oleh pesawat tempur bisa menghancurkan satu kapal perang berisi ribuan personel pasukan atau menghancurkan kendaraan-kendaraan tempur dan fasilitas militer lainnya dalam hitungan menit.

(Baca juga:Ketika Para Pilot TNI AU Berlatih Keras Demi Penampilan di Hari Jadi TNI AU Ke-71)

Oleh karena itu kehadiran pesawat tempur di udara berusaha dicegah dengan segala daya upaya baik dengan mengerahkan kekuatan tempur di darat maupun di udara agar tidak menimbulkan bencana.

Upaya menghadang pesawat musuh di udara menjadikan ruang udara menjadi ajang pertempuran, duel udara,yang sangat mematikan.

Sekali lagi kemampuan seorang pilot tempur diuji melalui dogfight sebelum missi tempurnya suskes menghantam sasaran.

(Baca juga: Gara-gara Pilot Sulit Membedakan Nama Kota, Pesawat Berisi Delegasi Olimpiade Nyasar di Korea Utara)

Seorang pilotdalam suatu dogfight bisa menimbulkan kerugian besar bagi pihak lawan, seperti para pilot kamikaze Jepangyang mempunyai missi khusus menghancurkan kapal-kapal perang Sekutu.

Satu pilot kamikaze yang gugur biasanya membawa pula kematian bagi ratusan bahkan ribuan personel lawanyang gugur dalam satu kapal perang yang hancur akibat dihantam pesawat kamikaze.

Sebaliknya pesawat-pesawat pembom yang lolos dari sergapan pesawat fighter juga bisa menciptakan kerusakan hebat bagi fasilitas militer lawan karena bom-bom yang dijatuhkan demikian beragam dan memiliki daya hancur yang luar biasa.

Sejarah telah membuktikan bahwa hanya butuh satu pesawat pembom untuk menyelesaikan peperangan di kawasan Asia-Pasifik, yakni pesawat pembom B-29 yang berhasil menjatuhkan bom atom di kawasan Hirosima dan Nagasaki Jepang

Oleh karena demikian vital peran pesawat tempur dalam suatu peperangan, duel udara untuk saling menghancurkan pesawat lawan demi meraih supremasi udara dan sekaligus gelar ace bagi para pilotnya menjadi demikian mematikan.

Seperti seorang penembak jitu (sniper) yang makin berkibar namanya karena berhasil mengeleminasi musuh terpilih sebanyak mungkin, demikian juga seorang pilot ace.

Makin banyak seorang pilot ace merontokkan pesawat musuh, namanya pun akan menduduki peringkat teratas bak kesatria udara yang tak terkalahkan.

Pilot ace dengan peringkat teratas bahkan menjadi semacam simbol pahlawan perang yang dibanggakan oleh seluruh pasukan di negaranya dan mampu menaikkan moril tempur pasukan yang sedang jatuh.

Bahkan ketika negara asal para pilot ace kalah dalam peperangan, nama para pilot ace tetap berkibar dan dikenang sepanjang massa.

TNI AU sepanjang sejarahnya hanya memiliki satu pilot ace, yakniKaptenIgnatius Dewanto.

Pada 18 Mei 1958 Kapten Dewanto yang menerbangkan pesawat tempur P-51 Mustang berhasil menembak jatuh pesawat pengebom Angkatan Udara Revolusioner (AUREV) yang diterbangkan oleh pilot warga AS yang juga agen CIA, Allan Pope di atas perairanAmbon.

Allan Pope yang kemudian tertangkap dan diadili, terancam hukuman mati sehingga membuat pemerintah AS meminta pengampunan melalui pendekatan diplomatik.

Pope akhirnya dibebaskan dan para agen CIA lainnya menjadisangat berhati-hati untuk melakukan kegiatan mata-mata di Indonesia.

Pemerintah RI bahkan mendapatkan satu skadron pesawat C-130 Hercules sebanyak 12 unit sebagai imbalan pembebasan Pope.

Peristiwa heroik yang pernah dilakukan Kapten Dewanto menunjukkan bagaimana peran seorang pilot dengan pesawat tempurnya bisa menyelesaikan masalah besar dalam waktu singkat.

Apalagi setelah tertangkapnya Pope, kekuatan udara AUREV yang sedang melancarkan pemberontakan ke pemerintah RI menjadi lumpuh.

Artikel Terkait