Penulis
Intisari-Online.com -Minggu (9/4 2017) merupakan hari jadi TNI AU Ke-71 yang diperingati secara meriah.
Kekuatan udara (air power) TNI AU yang merupakan tulang punggung untuk menjaga bangsa dan negara ditampilkan melalui berbagai atraksi spektakuler.
Tujuannya adalah untuk menunjukkan kesiapanpara pilot tempur (combat readiness) dalam menghadapi pertempuran di udara.
(Baca juga: Rayakan HUT TNI dengan Berkunjung ke Museum Brawijaya? Simak Dulu 'Aturan-aturan' Berikut Ini)
Pilot tempur TNI AU dilatih dan dicetak untuk berani menembak jatuh pesawat musuh dengan prisip dibunuh atau membunuh.Dalam pertempuran.
Pilottempur tidak hanya terancam gugur akibat gempuran pesawat lawan tapi juga terancam oleh tembakan penangkis serangan udara dari darat mulai dari meriam antiserangan udara Anti Aircraft Artirelly (AAA) atau rudal darat ke udara Surface Air Missile (SAM).
Jika suatu skadron tempur (fighter) kehilangan satu pilot saja dalam pertempuran, nilai kehilangannya demikian mahal karena untuk mencetak satu pilot tempur biayanya sangat tinggi (lebih satu milliar rupiah) di era terkini.
(Baca juga: Gara-gara Lupa Jemur Parasut, Sejumlah Pasukan Payung TNI Gugur saat Latihan)
Demikian juga nilai materi pesawat tempur yang juga turut hilang, jumlahnya bisa mencapai ratusan milliar.
Tidak dalam kondisi perang pun nilai seorang pilot tempur, fighter, sangat mahal. Karena tidak semua lulusan taruna TNI AU bisa menjadi pilot tempur, harus melalui seleksi yang ketat dan perjuangan keras.
Oleh karena itu seorang pilot tempur yang selalu mendarat selamat usai latihan terbang tempur juga harus dihargai.
Pasanya, ia telah sukses menjalankan latihan rutin dan berani menerbangkan pesawat tempur yang dari sisi pemeliharaan serta perawatan hanya disediakan anggaran yang terbatas oleh negara.
Sebagai contoh, pada Minggu, 20/12/2015,TNI AUpernah kehilangan dua orang pilot tempur terbaiknya dalam musibah jatuhnya jet tempur T-50 di Yogyakarta. Keduanya berpangkat Letkol Penebang dan Kapten Penerbang.
Gugurnya seorang penerbang berpangkat Letkol dan Kapten, apalagi keduanya juga para pilot Aerobatik Team, jelas merupakan kehilangan besar.
Kemampuan aerobatik sangat penting bagi para pilot tempur karena Seorang pilot tempur harus bisa melaksanakan manuver-menuver sulit atau ektrem sehingga musuh mengalami kesulitan untuk memprediksinya.
Tanpa kemampuan melaksanakan manuver-manuver sulit itu, para pilot musuh akan lebih mudah untuk menjatuhkan pesawat yang diterbangkan oleh pilot yang hanya memiliki kemampuan pas-pasan itu.
Kemampuan pilot untuk melaksanakan manuver ekstrem juga akan menambah daya gempur pilot ketika sedang menyerbu pesawat-pesawat lawan.
Maka adalah sangat tepat jika dalam setiap peringatan hari jadi TNI AU ada sesi khusus untuk mengenang, memberikan hormat dan salut yang setinggi-tingginya bagi para awak udara (airman) TNI yang telah gugur.
Apalagi para kesatria udara yang telah mendahului itu, baik yang wafat normal maupun gugur, misinya adalah mengembang tugas negara demi menggelorakan semangat nasionalisme dan cinta kedirgantaraan di tanah air.