Find Us On Social Media :

Soal Klaim Budaya Indonesia Vs Malaysia: Konsep "Asli" Itu Politis

By Ade Sulaeman, Kamis, 6 April 2017 | 19:50 WIB

Kartun tentang hubungan antarnegara regional ASEAN, tapi mungkinkah maksudnya Malaysia dan Indonesia?

Intisari-Online.com –

Oleh Seno Gumira Ajidarma

--

Makna hanyalah konstruksi sosial yang setiap saat bisa berubah artinya, dan kebudayaan dirumuskan hanya sebagai situs tempat kelompok dominan berkepentingan membebankan maknanya, seperti kasus klaim "asli", yang boleh dipastikan mendapat penolakan dan penawaran.

Contoh kasus yang paling mudah tentu adalah wayang dan kaligrafi.

(Benarkah Indonesia Selalu Dipandang Rendah oleh Bangsa Malaysia)

India tidak mungkin menyatakan Indonesia mencuri Mahabharata danRamayana yang telah ditafsir ulang dengan penuh daya; seperti juga Saudi Arabia tidak mungkin menyatakan Indonesia mencuri seni kaligrafi aksara Arab, yang di Pulau Jawa ini bisa membentuk sosok Semar, yang mewakili konsep "Kawulo-Gusti" dalam kebudayaan Jawa.

Dengan kata lain, dalam ilmu pengetahuan budaya, diskusi tentang "siapa" yang asli sudah tidak relevan, tergantikan oleh "bagaimana" sesuatu dianggap asli atau tiruan, yang sangat berhubungan dengan politik identitas dalam kebudayaan.

(Baca juga: Mulai dari Penyelundup dan Pengirim Asap, Inilah Citra Indonesia dalam Kartun Malaysia)

Politik identitas untuk menegaskan "siape gue siape elu" tentu tidak hanya bisa dilakukan oleh pihak Indonesia terhadap Malaysia, tetapi juga oleh pihak Malaysia terhadap Indonesia.

Berikut ini adalah sekadar penengokan terhadap sejumlah kartun dalam media massa Malaysia, dalam rentang waktu yang cukup lama, supaya kita mengenal juga bagaimana persepsi "Indonesia" sebagai komunitas bayangan (imagined communities) bagi para kartunis negeri jiran tersebut.

--

Tulisan ini pernah dimuat di majalah Intisari edisi November 2009 dengan judul asli Citra Indonesia dalam Kartun Malaysia.