Find Us On Social Media :

Sekolah Anak-Anak Petinggi Google Dan Apple Justru Mengharamkan Teknologi

By Yoyok Prima Maulana, Selasa, 4 April 2017 | 12:30 WIB

Sekolah Waldorf

Penelitian itu mengungkapkan bahwa 94% murid lulusan SMA Waldorf di AS antara 1994 dan 2004 masuk ke lembaga bergengsi seperti Oberlin College, Ohio, AS; University of California, Berkeley, California, AS; dan Vassar College, New York, AS.

Bisa jadi Anda menyergah keberhasilan tadi dengan menyodorkan alasan bahwa murid-murid di Waldorf berasal dari keluarga mapan yang cukup punya dana untuk memasukkan anak-anak mereka ke sekolah swasta bergengsi.

Jadi, agak susah untuk memisahkan pengaruh model pengajaran minim teknologi dari faktor-faktor lain. Di sisi lain, banyaknya guru-guru yang berlatih secara ekstensif model pendekatan Waldorf ini mengindikasikan bahwa ada yang kurang di sekolah-sekolah non-Waldorf.

Karena belum ada bukti jelas, perdebatan pun merambah ke subjektivitas, pilihan orangtua, dan perbedaan pendapat atas dunia yang tunggal: keterlibatan. Pendukung sekolah berteknologi berpendapat bahwa komputer dapat menarik perhatian siswa. Pada kenyataannya, anak-anak yang dihentikan interaksinya dengan peralatan elektronik tidak akan “tune in” tanpa peralatan tadi.

Ann Fynn, direktur teknologi pendidikan di Asosiasi Dewan Sekolah Nasional, yang mewakili dewan sekolah seluruh negeri AS, menyatakan bahwa komputer penting. “Jika sekolah memiliki akses ke sebuah peralatan dan dapat mengusahakan keberadaan alat tersebut, namun tidak menggunakannya, mereka telah membohongi murid-murid.”

Paul Thomas, bekas pengajar dan associate professor bidang pendidikan di Furman University, South Carolina, yang telah menulis 12 buku tentang metoda pendidikan publik, tidak setuju.

“Pendekatan berjarak terhadap teknologi di ruang kelas akan selalu memberi keuntungan belajar. Mengajar adalah pengalaman manusia. Teknologi adalah gangguan ketika kita membutuhkan literasi, numerasi, dan pemikiran yang kritis,” kata Paul Thomas.

IBARAT MENGGUNAKAN PASTA GIGI

Mereka yang kontra dengan sistem Waldorf berpendapat bahwa anak-anak butuh mengenal komputer untuk bersaing di dunia modern.

Pendapat itu disanggah orangtua murid Waldorf. Apa gunanya terburu-buru, sementara sangat mudah untuk memperoleh kemampuan itu? Begitu elak mereka.

“Sangat mudah. Itu seperti belajar menggunakan pasta gigi,” kata Eagle. “Di Google dan semua perusahaan pembuat teknologi digital, kami membuat teknologi segampang mungkin. Bahkan tak perlu berpikir sampai mengkerut. Tak ada alasan anak-anak tak bisa melakukan hal itu ketika mereka dewasa.” Seperti jargon Nokia ketika jaya, “Teknologi yang mengerti Anda.”

Prinsip Waldorf tak hanya diamini orangtua yang anaknya sekolah di situ. Namun banyak orangtua yang setuju dan menyekolahkan anaknya di sekolah yang terinspirasi oleh prinsip-prinsip pendidikan Waldorf.