Find Us On Social Media :

Sekolah Anak-Anak Petinggi Google Dan Apple Justru Mengharamkan Teknologi

By Yoyok Prima Maulana, Selasa, 4 April 2017 | 12:30 WIB

Sekolah Waldorf

Para murid secara rutin belajar dan bermain di tanah lapang atau lahan bercocok tanam milik sekolah. Ya, berbecek-becek dan main lumpur. Aktivitas yang bisa jadi hanya dilakukan di sekolah-sekolah biasa sekali setahun ketika melakukan karyawisata atau diajak keluarga. 

Bahkan pelajaran kerajinan tangan atau prakarya masih diajarkan di sekolah ini. Seperti yang dilakukan oleh Andie, putri Eagle tadi. Ia terlihat asyik membuat kaos kaki.

Merajut, menurut salah seorang guru di Waldorf seperti dikutip dari The New York Times, mampu membantu anak-anak belajar memahami pola dan matematika. Menggunakan jarum dan benang dapat mengasah kemampuan murid-murid memecahkan masalah dan belajar koordinasi.

Anak-anak pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar, selalu memandang dengan kaca mata optimistis, ulet, kreatif, penuh cinta kasih, berdaya cipta, dan mudah beradaptasi.

Para pendidik di Waldorf sadar bahwa peran sekolah adalah untuk memelihara dan mengembangkan kualitas-kualitas tadi sehingga anak-anak itu dapat tumbuh sesuai kapasitasnya di masa depan.

Pendidikan modern - di sisi lain - berfokus pada akademik saja dan melupakan sifat-sifat penting yang membentuk tumbuh kembang anak.

Misalnya saja perkembangan perasaan positif (emosi, estetika, dan kemampuan bersosialisasi), keinginan positif (percaya diri dan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik), dan kekuatan nilai dalam diri yang dapat melihat benar dan salah.

(Kejantanan, Benarkah Hanya Soal Kemampuan Menghamili Istri?)   PELAJARAN MERAJUT

Sekolah Waldorf memang kemudian memunculkan pertanyaan seputar peran serta komputer dalam pendidikan. Namun, coba dengar omongan Eagle yang tak hanya putrinya, namun juga putranya – William (13) – sekolah di Waldorf.

“Gagasan bahwa sebuah aplikasi di iPad dapat mengajar anak saya untuk membaca atau menyelesaikan soal aritmetika dengan lebih baik sangat menggelikan.” 

Seperti sudah disebut tadi, Eagle adalah petinggi Google. Ia yang menulis pidato bosnya, Eric E. Schmidt. Gelar yang diraihnya adalah ilmu komputer dari Dartmouth di Hanover, New Hampshire, AS. Ia pengguna iPad dan ponsel pintar.

Akan tetapi, ia bilang bahwa Andie belum tahu bagaimana menggunakan Google. Sedangkan William sedang belajar soal itu. Ini sesuai dengan kebijakan di Waldorf yang baru mendukung penggunakan gawai secara terbatas pada kelas delapan.