Find Us On Social Media :

Kisah Pilu Bacha Bazi, Makin Tampan Anak Lelaki Makin Besar Bahayanya

By Muflika Nur Fuaddah, Selasa, 31 Juli 2018 | 15:00 WIB

Hal itu juga menimbulkan masalah sosial lain mengenai masa depan mereka yang tidak jelas.

Baca Juga: Tak Mau ‘Merana’ di Masa Tua? Maka Jangan Abaikan 5 Hal di Bawah Ini!

Salah seorang bachas bernama Mustafa memberi kesaksian:

"Kakek saya terus mengatakan kepada saya ketika saya masih kecil untuk berhati-hati terhadap pria karena saya tampan."

Benar saja, suatu hari saat berada di kota, Mustafa pun direkrut oleh seorang mekanika untuk menjadi bocah penari.

Mengapa bocah penari berpakaian dan berpenampilan seperti perempuan?

Baca Juga: Pembantaian Orang Majus, di Mana Mereka Lambaikan Kepala yang Terpenggal di Depan Kerumunan

Hal itu dikarenakan para pria menyukai wanita dan dalam hukum menyebutkan bahwa wanita tidak boleh dipertontonkan di depan publik.

Sebagai akibatnya, para bachas harus menari, mengedipkan mata, dan menggoda untuk menggairahkan mereka yang membayar atau memeliharanya.

Pendambaan terhadap Bacha Bazi juga meluas di semua kalangan, tidak hanya melulu bagi mereka yang kaya dan berkuasa.

Baca Juga: Amerika Cemas, Rusia Datangkan 26 Kapal Perang Baru dan Rudal yang Bisa Menembus Semua Ibukota Negara Eropa

Sehingga di Kabul dan kota-kota Afghanistan lainnya, CD dan DVD Bacha Bazi pun diperjual belikan secara luas dari kios-kios jalanan dan gerobak untuk mereka yang tak mampu membeli bbachas secara nyata.

Bahkan di banyak kafe, terjadi budaya para pria yang minum-minum teh sambil menikmati tontonan video bocah yang menari-nari.

Meski diklaim sebagai tradisi penguasa, menurut Afghanistan Independent Human Rights Commission (AIHRC), 64% di antara pelaku Bacha Bazi diketahui merupakan warga biasa.

Sejak 2017, pemerintah Afghanistab telah berusaha memberangus praktik sesat ini.

Baca Juga: Donald Trump Tertipu, Satelit Tunjukkan Korut Bangun Rudal Baru

Namun menurut laporan UNICEF, proses itu berakhir nihil karena maraknya praktik nepotisme dan korupsi yang melanggengkan tradisi Bacha Bazi.

Selain itu, sistem peradilan yang lemah, kemiskinan yang meluas, dan ada ribuan anak di jalanan berusaha mencari nafkah semakin memperkuat berlanjutnya praktik Bacha Bazi.

Baca Juga: Kisah Caligula si Raja Romawi Paling Gila yang Suka Pesta Hedon dan Bergelimang Pembunuhan