Find Us On Social Media :

Kisah Mantan Atlet Korsel yang Berulang Kali Diperkosa Pelatihnya: Dia Terus Memerkosa Saya Selama Dua Tahun

By Intisari Online, Sabtu, 21 Juli 2018 | 09:00 WIB

Pura-pura tidak tahu

Banyak korban pelecehan seksual dipaksa untuk bungkam sebab berbicara di hadapan publik sama dengan mematikan mimpi mereka menjadi bintang.

"Ini adalah komunitas di mana mereka yang berani berbicara justru dinilai sebagai pengkhianat yang membawa aib bagi dunia olahraga," kata Chung Yong-chul, pakar psikologi olahraga di Universitas Sogang, Seoul.

Dalam sebuah jajak pendapat yang digelar Komite Olimpiade dan Olahraga Korea pada 2014 menunjukkan satu dari tujuh atlet perempuan pernah mengalami pelecehan seksual di tahun sebelumnya.

Baca juga: 5 Fakta Kali Item, Sungai 'Buruk Rupa' dan Bau di Samping Wisma Atlet yang Kini Ditutupi Jaring Hitam

Namun, 70 persen dari mereka yang menjadi korban pelecehan seksual tidak berusaha mencari bantuan dari pihak manapun.

"Orangtua para korban di bawah umur berhenti mengajukan tuntutan setelah para pejabat olahraga, biasanya teman pelaku pelecehan, mengatakan langkah itu bisa menghancurkanmasa depan anak-anak mereka," tambah Chung.

Di saat yang sama, organisasi olahraga berusaha menutupi masalah ini dengan memindahkan tersangka pelaku ke institusi baru.

"Asosiasi olahraga menutup mata selama para pelaku pelecehan seksual ini bisa memproduksi atlet-atlet terbaik dan perilaku mereka dianggap sebagai kesalahan kecil dan tidak signifikan dalam proses ini," tambah Chung.

Pada 2015, seorang mantan juara Olimpiade hanya dijatuhi hukuman denda setelah terbukti melakukan pelecehan seksual terhadap beberapa atlet yang dilatihnya.

Salah satu korban pelecehan itu adalah seorang atlet perempuan berusia 11 tahun.

Bahkan para atlet papan atas juga mengalami hal yang sama.