Find Us On Social Media :

Inilah Sisi Kelam Sepakbola Kroasia, Negara Seluas Jawa Barat yang Berhasil Menembus Final Piala Dunia

By Afif Khoirul M, Sabtu, 14 Juli 2018 | 11:30 WIB

Intisari-online.com - 20 tahun berlalu prestasi gemilang sempat dicatatkan Kroasia, setelah berhasil melaju ke babak semifinal Piala Dunia 1998.

Waktu itu Kroasia tampil bersama pemain legendarisnya Davor Suker.

Kini, Suker yang menjadi kepala federasi sepak bola di negara Kroasia bisa tersenyum ketika menyaksikan negaranya naik ke pentas tertinggi di final Piala Dunia.

"Kami adalah bangsa kecil tetapi negara besar dalam sepak bola," kata Suker. 

Baca Juga : Menghebohkan Piala Dunia, Presiden Kroasia Disangka Model dan Bintang Porno

"Kami berada di tempat ketiga (pada 1998). Sekarang kami bisa menjadi lebih baik." tambahnya.

Setelah beberapa negara dengan kekuatan besar seperti Argentina, Jerman, Brazil dan Spanyol tumbang.

Kroasia, negara kecil yang masih sanggup berdiri tegak menantang tim sekuat Prancis di panggung tertinggi Piala Dunia.

Seperti dilansir melalui Sportskeeda, baru mencapai final sudah memastikan Kroasia akan menyumbang 28 juta Dollar AS (sekitar Rp402 Milliar). 

Baca Juga : Jadwal Siaran Langsung Final Piala Dunia 2018, Perancis vs Kroasia

Jika berhasil menang di partai puncak akan mendapatkan bonus 10 juta Dollar AS (Sekitar Rp143 Milliar) dari FIFA, menurut Suker.

Membawa Kroasia menuju final, adalah kesempatan emas bagi pelatih Kroasia Zlatko Dalic untuk memperbaiki citra sepak bola Kroasia.

Dengan sumber daya uang yang melimpah bisa diinvestasikan untuk pembangunan infrastruktur dan mengembangkan sepak bola dalam negeri.

Sekedar info, Kroasia adalah negara kecil hanya dengan penduduk sekitar 4,1 juta jiwa, dan luas wilayahnya juga sangat sempit.

Baca Juga : Bukan Sembarang 'Papan Catur', Ini Unsur Kekuatan Kotak-kotak Merah Putih pada Jersey Timnas Kroasia

Negara ini hanya memiliki luas sekitar 59.594 kilometer persegi, yang mana luas tersebut hampir sama dengan luas wilayah Jawa Barat hingga Banten.

Lebih lanjut Dalic juga menyoroti bagaimana sepak bola Kroasia berkembang dengan keterbatasan dan di dalamnya ada sisi kelam yang mungkin tidak diketahui publik.

Kroasia tidak memiliki stadion dengan kapasitas melebihi 35.000.

Stadion Luzhniki di Moskow, tempat final akan diadakan, bahkan memiliki kursi 81.000. 

Baca Juga : Ulfberht, Pedang Kuno Bangsa Viking dengan Teknologi yang Melampaui Zamannya, Futuristik!

Lalu Inggris, yang dikalahkan Kroasia di semifinal, memiliki stadion Wembley yang berkapasitas 90.000 kursi.

Bahkan di Indonesia beberapa stadion memiliki kapasitas sekitar 55.000, dan Stadion Utama Gelora Bung Karno memiliki kapasitas mencapai 76.127.

"Kami tidak memiliki stadion yang memadai untuk dimainkan," kata Dalic.

Bahkan perjalanan Kroasia menuju final juga diwarnai dengan beberapa hal memilukan dan penuh sukacita.

Dua anggota delegasi Piala Dunia telah dikirim pulang. 

Striker Nikola Kalinic dipulangkan karena menolak tampil sebagai pemain pengganti dalam pertandingan pembukaan melawan Nigeria. 

Asisten pelatih Ognjen Vukojevic diusir pada awal pekan ini karena membuat video pro-Ukraina dengan bek Domagoj Vida, yang memicu cemoohan dari supporter Luzhniki pada hari Rabu.

Kasus lainnya yaitu ketika Damir Vrbanovic, direktur jenderal federasi sepak bola, dinyatakan bersalah bulan lalu.

Dalam kasus penggelapan pajak dan penggelapan terkait dengan transfer kapten Luka Modric dari mantan timnya Dinamo Zagreb ke klub Liga Premier Tottenham pada 2008.

Modric, yang telah menolak untuk membahas kasusnya di Piala Dunia, meski ia telah dituduh dengan sumpah palsu. 

Mantan rekan setim dari Dinamo Dejan Lovren juga sedang diselidiki atas dugaan pernyataan palsu karena transfernya ke Lyon pada tahun 2010 diselidiki.

"Saya mencoba untuk menangkis hal-hal negatif dari pemain, tim nasional dan skuat," kata Dalic. 

Kroasia sebelumnya juga telah didenda atau dipaksa bermain di stadion kosong saat kualifikasi Piala Dunia dan kualifikasi Kejuaraan Eropa.

Penyebabnya adalah nyanyian dan citra diskriminatif, termasuk swastika yang digambar di lapangan sebelum pertandingan kandang tahun lalu, hingga insiden penggemar yang saling bertarung.

"Kultus tim nasional kami compang-camping," kata Dalic.

"Ada banyak orang yang memboikot tim nasional tetapi sekarang ada orang-orang di jalanan bahkan merayakan hal ini."

"Banyak hal yang harus diubah kembali di rumah kami dan ini adalah kesempatan yang ideal bagi saya untuk menyorotnya."

"Sepak bola dan olahraga lainnya telah membawa begitu banyak kebahagiaan bagi Kroasia sehingga kami harus memperhatikannya." tutup Dalic.