Find Us On Social Media :

Lahan Sempit Bukan Alasan untuk Tidak Menanam Sayur

By Agus Surono, Senin, 16 Januari 2017 | 07:07 WIB

Hidroponik, Cara Bertanam yang Sederhana dan Kaya Manfaat

Intisari-Online.com – Seorang teman bercerita tentang anaknya yang tidak suka sayur-sayuran. Bukan hal yang aneh sih sebab anak-anak sekarang memang susah sekali untuk disuruh makan sayur.

(Hidroponik, cara bercocok tanam yang sederhana dan kaya manfaat.)

Namun ada yang menggelitik dari alasan anak teman saya itu. “Dia tidak suka sayur karena sering melihat sayur di pasar itu kotor,” kata teman saya itu.

Menyiasati hal itu, apa yang dilakukan teman saya ini bisa memberi inspirasi keluarga muda lainnya. Menanam sayur sendiri dengan model hidroponik dan organik. Ingat ya, tanaman hidroponik tidak otomatis organik.

Kedua cara itu dipilih karena lahan yang terbatas. Teknik hidroponik memang suatu solusi untuk bercocok tanam di lahan yang sempit.

(Kala kangkung dan lele bersatu.)

Teman saya tidak sendirian di Jakarta yang sulit mencari lahan luas ini. Di RW 001 Kelurahan Cikini, gerakan hijau dilakukan terutama di RT 007. Di sisi gang sepanjang 50 meter di lokasi RT 007 tumbuh aneka jenis tanaman sayur dan buah. Tanaman yang ada antara lain bayam, kangkung, mangga, bawang merah, terung, selada, timun, tomat, melon, dan cabai.

"Sejak awal di gang ini memang sudah banyak tanaman, tetapi sekadar pohon saja. Baru sekitar setahun terakhir mulai ditanam sayur dan buah sehingga bisa dimanfaatkan warga," kata Ketua RT 007 RW 001 Cikini Hendra Kurnia, Jumat (29/5), seusai menerima kunjungan Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede, seperti yang dikutip Kompas.

Keberadaan tanaman sayur dan buah ini membantu warga, terutama saat ada acara bersama seperti pengajian atau saat kunjungan wali kota seperti kemarin. Kangkung yang berumur 3 minggu dipanen Mangara dan langsung ditumis ibu-ibu setempat. Hasilnya, masakan yang nikmat dan sehat.

(Inovatif, supermarket ini membuat kebun di dalam ruangan untuk memproduksi sendiri sayuran segar.)

Gerakan hijau di RT ini sudah dilakukan warga sejak lama. Bedanya, selama ini tanaman ditanam perorangan. Sebagian tanaman berupa tanaman hiasan atau tanaman bunga yang tak bisa dikonsumsi hasilnya.

Sejak satu tahun terakhir, pengurus RT menggerakkan penanaman sayur dan buah-buahan di sepanjang gang. Tujuannya, tanaman itu juga bisa dikonsumsi warga. Pelan-pelan tanaman sayur dan buah berkembang di lokasi ini.

Warga yang ingin menanam sayur atau buah di rumah bisa meminta tanaman ini secara gratis ke pengurus RT.

Media tanam bisa beragam, mulai dari pot bunga, polybag, botol bekas air mineral, atau bekas talang air. Metode penanaman ada yang memakai tanah saja, ada pula yang ditanam hidroponik sehingga tak perlu tanah dan tidak disiram tiap hari.

Untuk menyuburkan tanah, warga juga menyumbangkan sampah organik sisa memasak. Sampah ini dikumpulkan dalam galon komposter. Dalam satu bulan, hasilnya bisa "dipanen" sebagai pupuk padat dan cair.

Selain itu, daun-daun kering juga dikumpulkan dalam satu wadah komposter yang lain. Waktu pembusukan hingga menjadi pupuk lebih lama, yakni sampai tiga bulan.

Meski demikian, warga masih tetap membeli pupuk kandang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Selain itu, bibit sayur juga masih dibeli dengan uang kas RT ini.

Tanaman obat

Pilihan lainnya adalah memanfaatkan lahan untuk tanaman obat. Opsi ini diambil warga RT 004 RW 005 Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat.

Di lahan taman seluas 40 meter persegi, tumbuh puluhan jenis tanaman yang memiliki khasiat berbeda-beda.

Alex Rumende, warga RT 004 RW 005 Pegangsaan, pernah merasakan khasiat daun binahong yang ditanam di taman RT ini. Luka lecet akibat kecelakaan beberapa waktu lalu diobati dengan daun binahong yang diremas dan dioleskan ke luka itu.

"Pernah juga saya pakai daun jambu untuk mengobati diare. Sekali minum air seduhan daun jambu ini, diare saya berhenti," kata Alex, yang dipercaya mengurus taman ini.

Yuyun Azam, penggerak PKK RT 004 RW 005 yang juga mengurusi taman ini, mengatakan, tanaman yang ada di sini bisa dimanfaatkan warga secara gratis. Umumnya, tanaman dipakai daunnya.

Di RT 004 ini, taman dibuat di atas lahan bekas WC umum. "Dulu, lokasi ini adalah mes Belanda, dan ada WC di tengahnya. Sekarang warga sudah punya WC di rumah masing-masing sehingga WC umum ini kami bongkar dan dijadikan taman pada tahun 2007," katanya.

Tanaman yang awalnya tumbuh di lokasi ini adalah tanaman hias saja. Lalu, untuk mengikuti Lomba Pemanfaatan Tanah Pekarangan dengan Tanaman Obat Keluarga 2015, warga mengubah taman menjadi taman herbal. Di lomba tingkat Provinsi DKI itu, taman RT 004 ini meraih juara harapan I.

Dari sisi perawatan, tanah di taman ini juga diberi pupuk kandang. Sama seperti di Cikini, daun kering dari taman dikumpulkan dalam komposter dan diolah menjadi pupuk. Pupuk ini dikembalikan ke taman meskipun belum mencukupi seluruh kebutuhan.

Lahan yang terbatas di tengah Kota Jakarta bisa menghadirkan kesejukan sekaligus memberikan manfaat bagi warganya. Tentu saja, hal itu harus disertai penanaman tanaman yang dibutuhkan warga.

Selain itu, seperti anak teman saya tadi, mulai suka sayur karena tahu proses menanamnya. Bahkan bisa ikut memanen.