Find Us On Social Media :

Menurut Legenda, Gunung Agung Merupakan Potongan Gunung Mahameru di India yang Jatuh di Tanah Bali saat Diangkat oleh Para Dewa

By , Senin, 2 Juli 2018 | 22:01 WIB

Tak mengherankan, ada perlakuan-perlakuan khusus terhadap gunung satu ini.

Misalnya zaman itu tak seorang pun berani mendaki ke atas tanpa diiringi pendeta.

Itu pun harus membawa sesaji.

Kalau mau naik tidak boleh mengenakan sepatu, arloji. Juga bermacam perhiasan serta uang.

Barang-barang duniawi tersebut bagi dewa-dewa merupakan penghinaan besar.

Di hadapan dewa, manusia harus miskin dan sederhana.

Bagi penduduk sekitar puncak Agung, hubungan emosional khusus dengan gunung ini pun mereka terima seperti halnya “warisan” turun-temurun.

Setiap hari sejak masa kanak-kanak mereka sudah terbiasa melihat Gunung Agung, demikian pula bapak-ibu dan kakek-neneknya serta moyangnya.

Gunung ini menghidupi mereka, memberi air. untuk mengairi tanaman dan kebun serta kebutuhan hidup lairinya.

Maka, ketika harus berhadapan dengan amukan dahsyat lavanya, banyak cerita berbau mistis, irasional mewarnai petaka alam ini. Apalagi letusan itu awalnya terjadi persis di malam purnama (bulan penuh) yang bagi sebagian besar masyarakat Bali punya arti magis.

Letusan Gunung Agung 1963: Pengejawantahan Kemurkaan Dewa-dewa Karena Tanah Bali Kotor dan Penuh Dosa

Kesaksian pasangan suami-istri warga AS, Dennis dan Anna Mathews, mengenai peristiwa meletusnya G. Agung, dalam bukunya The Night of Purnama menarik untuk disimak.