Find Us On Social Media :

Memanjakan Mata dengan Batik Solo, Jangan Lupa Borong Batiknya!

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 1 Juli 2018 | 12:15 WIB

Baca juga: Memperingati Hari Batik Nasional: Batik Oey Soe Tjoen yang Bersikukuh dengan Kekhasan

Untuk urusan penginapan, di kampung ini terdapat dua homestay yang bisa dijadikan tempat menginap. Bangunan keduanya merupakan peninggalan juragan batik tempo dulu. Tarifnya hanya berkisar Rp 110.000,- - Rp 375.000,-.

Awas, jangan disentuh!

Belum puas dengan belanja batik di kampung batik? Cobalah ke pasar batik terbesar di Indonesia. Pasar Klewer namanya. Letaknya di sebelah barat Keraton Kasunanan Surakarta. Dari Kampung Kauman Anda cukup berjalan kaki atau naik becak.

Di pasar tradisional dua lantai ini dijual beragam jenis pakaian batik. Baik untuk anak-anak maupun dewasa, untuk pria dan wanita. Jenisnya dari batik cap hingga batik tulis. Harganya mulai puluhan ribu rupiah hingga ratusan ribu rupiah.

Menariknya, saat transaksi di pasar yang awal berdirinya bernama Pasar Slompretan ini, Anda mesti berani menawar. Namun, harga jadi untuk satu produk akan sama antara toko satu dengan yang lainnya. Jadi Anda tak perlu khawatir mendapat harga yang terlalu mahal, karena harga standar untuk suatu produk sudah dipatok untuk semua toko.

Menurut Totok Supriyanto, S.Sos., MM, Kepala Pasar Klewer, di pasar yang dibangun pada tahun 1970 dan 1986 ini terdapat sekitar 100 pedagang yang khusus menjual kain dan pakaian batik, baik sebagai grosir maupun pedagang eceran.

Baca juga: Kampung Batik Jetis Sidoarjo, Berdiri Sejak 1675

"Mereka yang bertindak sebagai grosir biasanya memberitahukan kepada pembeli bahwa ia tidak menjual eceran. Kalau membeli satu tidak bisa, minimal tiga lembar," ungkap Totok.

Kalau Anda ingin membeli kain atau pakaian batik berkualitas, cobalah berkunjung ke House of Danar Hadi. Lokasinya di Jln. Slamet Riyadi, sekitar 1 km dari Pasar Klewer. Di sini Anda dapat membeli kain dan pakaian batik yang dihasilkan oleh pabrik batik Danar Hadi.

Bahannya, dari katun hingga sutra. Jenisnya, dari batik cap hingga batik tulis. Harganya berkisar ratusan ribu rupiah hingga Rp 5 juta per potong.

Anda juga dapat mempelajari perkembangan batik di Indonesia di Museum Batik Danar Hadi yang terletak di belakang galeri. Di museum yang didirikan H. Santosa Doellah, pemilik pabrik batik Danar Hadi, ini dipamerkan sembilan jenis batik menurut pengaruh zaman dan lingkungannya.

"Jadi batik yang dipamerkan bukan berdasarkan usia, tapi berdasarkan pengaruh zaman dan lingkungan saat batik itu dibuat," tutur Aryo Prakoso, staf museum. Misalnya, batik Belanda. Batik itu ada pada zaman penjajahan Belanda. Motifnya berdasarkan pemikiran orang Belanda, tapi yang membatik orang Indonesia.

Baca juga: World Craft Council Jadikan Yogyakarta Sebagai Kota Batik Dunia

Dengan membeli tiket masuk Rp 25.000,- (dewasa) atau Rp 15.000,- (pelajar) Anda bisa melihat koleksi batik milik Santoso. "Tapi ada syaratnya, (pengunjung) harus dipandu," jelas Aryo.

Kalau tanpa dipandu dikhawatirkan koleksi akan disentuh oleh pengunjung. "Takutnya merusak koleksi karena tangan kita 'kan mengandung garam," tambahnya.

Pengunjung juga dilarang memotret, soalnya seluruh koleksi Museum Danar Hadi menggunakan pewarna alam yang dapat rusak bila terlalu sering terpapar lampu kilat kamera.

Di salah satu bagian museum, Anda juga dapat melihat contoh hasil setiap tahapan proses pembuatan batik dan bahan yang digunakan pada setiap tahapan itu. Sementara, untuk mengetahui prosesnya, Anda dapat melihat proses produksi batik di pabriknya yang berada tepat di belakang museum.

Kalau menghendaki (tentu dengan perjanjian), Anda juga dapat belajar membatik. "Tapi dengan paket-paket khusus," jelas Aryo. Biayanya Rp 150.000,-/orang. Hasil belajar membatik dengan satu warna ini bisa dibawa pulang sebagai cendera mata.

Dengan konsep terpadu ini masyarakat tidak cuma menikmati hasil kerajinan batik, tapi juga mengetahui perkembangan dan cara membuatnya. "Dengan konsep one stop shopping ini, kami bisa menambah aset wisata, melestarikan batik, dan dapat laba dari penjualan toko," tutup Aryo.

Berminat? (I Gede Agung Yudana – Intisari Juni 2009)

Baca juga: Pasar Klewer, Surga Batik di Kota Solo