Find Us On Social Media :

Pilkada Serentak Sudah Usai, Saatnya Bijak Menghadapi Kekalahan

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 29 Juni 2018 | 22:00 WIB

Baca juga: Berjaga Semalaman untuk Pilkada, Petugas TPS Tak Sadar Minum Tinta Pemilu, Kok Bisa?

Kedua, alasan mental. Ini terkait dengan ketidakmampuan mengelola stres dan rapuh mental. Ada yang mudah menerima kekalahan dan ada yang justru shock. Seharusnya, mereka sudah mempersiapkan mental sebelum bertarung. Jangan hanya siap menang, tapi juga siap kalah.

Ketiga, harapan yang berlebihan. Mereka sudah membuat prediksi yang terlalu berlebihan, tetapi tidak membuat skenario terburuk seandainya kalah.

Keempat, merasa malu. Sejumlah caleg telanjur obral janji dan sok menjadi orang penting. Sebelum pemilu, rumah mereka  mendadak ramai, banyak orang berdatangan. Mereka mendadak jadi selebritis. Namun ketika kalah, mereka ditinggalkan bahkan ditertawakan.

Kelima, alasan kepahitan. Di Garut, beberapa caleg yang kalah marah kepada tim suksesnya. Mereka menuduh, kinerja tim sukseslah yang menjadi biang kekalahan.

Pelajaran Berharga

Para caleg perlu dibekali kemampuan mengelola emosi lebih baik, khususnya menghadapi situasi menang-kalah. Keduanya adalah ujian bagi kematangan karakter kita.

Baca juga: Versi Quick Count, Pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum Menang di Pilkada 2018 Provinsi Jawa Barat

Pepatah klise "Menang dan kalah adalah hal yang wajar" perlu menjadi bahan refleksi. Kalah bukan berarti kiamat. Bahkan, Abraham Lincoln sebelum menjadi Presiden AS pernah gagal berkali-kali. Toh Lincoln tidak  pernah menyerah.

Dalam sebuah kompetisi, janganlah hanya bersiap untuk menang, siapkan juga skenario terburuk. Itu sebabnya penting sekali memiliki Plan B, "Apa yang akan saya lakukan seandainya tidak terpilih?"

Jadikan kekalahan sebagai pelajaran di kemudian hari agar bisa menang. Kekalahan adalah message untuk memperbaiki diri. Ada pepatah, "Kekalahan tidak sama dengan kegagalan. Kegagalan yang sesungguhnya adalah tatkala kita kalah, dan tidak pernah bangkit kembali!"

Daripada meratapi kegagalan, lebih baik cepat-cepat sadar, bangun, dan melangkah ke depan untuk menata kehidupan yang lebih baik.