Nenek Buyut Raja Swedia Saat Ini Ternyata Bekas Pacar Napoleon

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Salah seorang ratu Swedia, Desiree, yang adalah orang biasa, pernah menjadi pacar Napoleon Bonaparte.

Intisari-Online.com – Silvia, gadis Jerman yang menjadi ratu Swedia kini belajar bahasa Swedia 2 jam sehari dari Ny. Birgit Westerlund, pengajar pada Universitas Stockholm.

Gurunya ini, sangat puas dengan kemajuan yang ditunjukkan oleh murid VIP-nya. Silvia Sommerlath memang pandai dalam bahasa. Sebelum jadi ratu, selain bahasa Jerman ia sudah menguasai pula bahasa Inggeris, Portugis (karena lama tinggal di Brazilia) dan Spanyol (ia pernah bekerja di Argentina).

Silvia bukan satu-satunya ratu Swedia yang berasal dari kalangan rakyat biasa. Sebelum dia, sudah ada 2 ratu yang tadinya bukan ningrat. Yang pertama adalah Karin, puteri seorang pengawal istana yang diangkat menjadi ratu oleh Eric XIV pada tahun 1568.

Yang ke dua adalah Desiree, puteri seorang pedagang sutera yang kaya-raya dari Marseilles, Perancis.

Desiree Clary untuk mengambil hati rakyatnya mengganti namanya menjadi Desidaria, tapi ia tidak pernah bisa bahasa Swedia. Desiree yang ramping dan anggun berambut coklat bukanlah orang asing bagi dunia. Buku dan film pernah dibuat tentang dia.

Baca juga: Bukan Pasukan Musuh, Tapi Karena Serbuan Hewan Ini Pasukan Napoleon Kocar-Kacir

Bahkan kini sebuah film baru dibuat di Wina dengan Liz Taylor sebagai Desiree (ketika sudah setengah umur Desiree menjadi montok seperti Liz). Desiree adalah bekas tunangan Napoleon Bounaparte.

Ya, Bounaparte, sebab baru tahun 1796 nama Corsica ini diperanciskan menjadi Bonaparte oleh keluarganya, walaupun Napoleon sudah memakai "Bonaparte" tahun 1973. Waktu itu Napoleon belum jadi kaisar. Ia baru jadi brigjen.

Napoleon dan kakaknya Joseph pada akhir abad ke 18 itu berkenalan dengan kakak-beradik Julie dan Desiree Clary di Marseilles. "Supaya sebuah rumahtangga rukun, salah seorang dari pasangan harus mengalah", kata Napoleon pada suatu hari.

"Kau Joseph watakmu tidak tegas, begitupun Desiree. Sedangkan Julie dan saya tahu apa yang kami inginkan. Lebih baik kau menikah dengan Julie." Lalu Napoleon menarik Desiree ke pangkuannya dan berkata: "la akan jadi isteri saya".

Joseph memang menuruti nasihat adiknya. Tanggal 1 Agustus 1794 ia menikah dengan Julie. Entah bagaimana pandangan orangtua Julie terhadap menantunya ini. Pokoknya Ny. Clary diketahui pernah berkata begitu: "Cukup seorang Bounaparte saja dalam keluarga kita!".

Baca juga: Ramalan Nostradamus: Napoleon, Hitler, dan Tokoh di Timur Tengah dalam Perang Dunia

Maka itu Desiree dan Napoleon tidak berani bicara perihal maksud mereka untuk menjadi suami isteri kelak. Mungkin Ny. Clary tidak akan mengeluarkan pernyataan itu kalau ia tahu apa yang akan terjadi pada tahun-tahun berikutnya.

Tanggal 16 April sampai 8 Mei 1795 merupakan masa yang sangat indah bagi Desiree dan Napoleon. Ketika itu Napoleon, 26, ada di Marseilles. Mereka berjalan-jalan dibawah terang bulan dan bahkan Desiree pernah disembunyikan di ranjang Napoleon.

Pokoknya ketika itu keduaduanya dimabuk cinta. Ketika Napoleon dipanggil tugas, mereka sangat menderita. Desiree menangis tersedu-sedu, sedangkan Napoleon sangat gelisah ketika sebelas hari lamanya tidak menerima surat Desiree.

Tapi semuanya kemudian berubah. Bounaparte menjadi Bonaparte. Napoleon kini jenderal divisi, jenderal Perancis yang mengepalai tentara di Italia. Ia terkenal dan disanjung-sanjung di Paris, di salon Madame Tallien, tempat orang-orang kelas kakap bertemu untuk bicara-bicara dan bergaul.

Di sinilah ia bertemu dengan Josephine, janda Vicomte de Beauhamais. Napoleon terpesona dan lupalah dia pada Desiree Clary, puteri pedagang sutera dari Marseilles.

Baca juga: Makanan Kaleng yang Kita Konsumsi Saat Ini Berasal Dari Sayembara Napoleon Bonaparte

Untuk memutuskan hubungannya, ia melakukan tindakan yang sama sekali tidak anggun. "Kalau ibumu dan kakakmu Nicolas tidak menyetujui pernikahan kita, saya lebih suka memutuskan saja semua hubungan denganmu", tulis Napoleon.

Tanggal 7 Maret 1796, jenderal baru ini menikah dengan "janda Beauharnais".

"Kau sekarang sudah menikah", tulis Desiree dalam suratnya yang terakhir pada "tunangannya". "Kenyataan ini seakan-akan membunuh saya. Kau akan melihat bahwa saya tetap setia pada janji kita dan bahwa saya tidak akan bertunangan dengan orang lain, saya tidak akan menikah ".

Prajuritnya ditolak

Sekarang kita kembali ke tahun 1790, yaitu beberapa tahun sebelum percintaan ini terjadi. Ketika itu rumah saudagar Francois Clary yang kaya-raya diketuk oleh seorang sersan yang membawa kartu menginap.

Rupanya waktu itu rumah-rumah orang sipil diharuskan menerima serdadu-serdadu untuk menginap. Monsieur Clary merasa terhina bahwa yang disuruh menginap di rumahnya seorang prajurit, bukan perwira.

Baca juga: Napoleon, Panglima Perang yang Selalu Bertempur di Garis Depan dan Bukan Hanya ‘Duduk Manis’ di Tenda

Tapi ia menyambut tamunya dengan ramah, hanya saja ia meminta sang sersan pergi lagi membawa surat Clary kepada kolonelnya.

Sersan yang ditolak itu namanya Jean-Baptiste Bernadotte. Clary pasti tidak pernah menyangka bahwa Bernadotte pada suatu hari menjadi jenderal dan menikah dengan Desiree, bahkan menjadi raja Swedia dan Norwegia sekaligus.

Delapan tahun sesudah ditolak dari rumah Clary, Bernadotte yang tingginya 5 kaki 5 inci 9 setrip itu berhasil membuat Desiree melupakan cintanya kepada Bonaparte.

Ketika masih sersan, ia dijuluki Sergent Bellejambe (si Tungkai Indah). Kulitnya coklat terbakar matahari dan rambutnya hitam.

Ketika jamannya orang Perancis meneriakkan: Liberte, Egalite, Vive la Republique! (Kebebasan, Persamaan, Hidup Republik) maka Bernadotte ada di pihak Republik.

Baca juga: Mengalah untuk Menang, Taktik Jitu Pasukan Rusia Bikin Pasukan Napoleon Terjebak dalam Musim Dingin Moskow

Untung ia tidak ikut-ikutan menyuruh dadanya ditatu dengan tulisan "Mort aux rois"! (Mampuslah raja-raja) sebab kemana tulisan itu mesti disembunyikan ketika menandatangani "sumpah kebencian terhadap kerajaan" di Toul.

Bernadotte, sudah menjadi jenderal dan diplomat ketika menikah dengan Desiree tanggal 17 Agustus 1798. Sebelas bulan kemudian lahir puteranya yang diberi nama Oscar. Nama Norwegia.

Nama itu diberikan bukan karena sudah meramalkan dirinya menjadi raja Norwegia, melainkan karena Napoleon sedang mengagumi sanjak-sanjak Ossian dan Napoleon diminta jadi bapak permandian anak itu. Napoleonlah yang memberi nama.

Ketika itu Desiree sudah 4 tahun tidak bertemu dengan Napoleon yang pernah ia kagumi, ia cintai tetapi yang meninggalkannya. Napoleon waktu itu belum menjadi kaisar, baru menjadi jenderal yang malang.

Ia berada di Mesir, dikepung orang-orang Turki dan dikibuli oleh isterinya. Bernadotte menjadi Menteri Peperangan. Mengapa Desiree memilih Napoleon untuk jadi bapak permandian puteranya?

Baca juga: Dari Organ Intim Dicuri Hingga Kisah Cinta Tragis, Inilah 10 Fakta Kehidupan Napoleon Bonaparte

Mungkin Desiree yang sedang bahagia teringat pada cinta pertamanya dan memilih Napoleon untuk jadi bapak permandian anaknya sebagai tanda memberi maaf dan kasihan.

Ingat pacar lama

Rupanya Napoleon ketika sudah jadi kaisar ingat pada budi gadis Marseilles yang pernah jadi pacarnya ini. Tanggal 5 Juni 1806, Bernadotte yang sudah jadi marsekal diangkatnya menjadi Pangeran (Prince) dari Pontecorvo.

Puteri pedagang sutera menerima gelar Princesse tanpa keangkuhan yang berlebih-lebihan. Ia juga tidak lupa daratan ketika raja Swedia, Charles XIII memilih suaminya menjadi calon penggantinya.

Mengapa raja Swedia memilih Bernadotte? Setahun sebelumnya, revolusi berhasil mengusir raja Gustave IV dan keturunannya dari tahta Swedia. Saudara raja yang digulingkan, menjadi raja dengan nama Charles XIII.

Ia tidak punya anak. Calon penggantinya adalah Pangeran Auguste dari Augustenburg. Tapi pangeran ini tiba-tiba meninggal. Charles XIII harus menunjuk calon baru.

Baca juga: Unik, Armada Laut Napoleon yang Tangguh Ternyata Keok oleh Panglima yang Suka Mabuk Laut

Ia meminta agar adik pangeran yang meninggal menjadi penggantinya, tapi lantas banyak pangeran-pangeran lain yang mencalonkan diri. Napoleon yang ketika itu sudah menjadi "Maharaja dari Barat" tadinya bermaksud mencalonkan Berthier atau Murat.

Tapi sebelum penunjukkan dilakukan, Napoleon bertemu dengan Baron Otto Moerner tanggal 25 Juni 1810. Bangsawan Swedia ini mempunyai saudara, Gustave Moerner yang pernah ditawan oleh Bernadotte di Luebeck.

Saudaranya itu mendapat perlakuan yang baik sekali sehingga sang baron menaruh hormat yang sebesar-besarnya pada Bernadotte.

Ketika baron ini datang ke Paris untuk melaporkan kematian calon pengganti raja Swedia, ia datang berkunjung ke Bernadotte dan meminta agar Bernadotte mencalonkan diri sebagai pengganti raja Swedia.

Bernadotte sulit menjawab. Ia bilang bahwa ia harus minta "persetujuan raja Swedia dan restu Kaisar Perancis dulu".

"Saya pikir", kata Otto Moerner," lebih baik kita mempunyai raja Perancis yang memeluk agama kita dan yang terkenal keberanian serta kemampuannya serta dihormati oleh kaisar Perancis. Lagi pula ia punya putera yang cukup besar untuk kelak bisa menggantikannya tanpa perlu wali".

Baca juga: Bukan Gara-gara Salah Taktik, Napoleon Kalah Perang Justru Gara-gara Dasi

Lagipula Bernadotte adalah ipar raja Spanyol. Raja Spanyol waktu itu adalah Joseph Bonaparte, suami Julie Clary!

Bernadotte meminta restu Napoleon untuk mencalonkan diri sebagai raja Swedia. Kaisar yang merasa yakin bahwa Bemadotte tidak akan tercapai maksudnya untuk jadi raja menjawab di muka umum: "Saya tidak keberatan".

Bemadotte menyiapkan kampanye seteliti ia memimpin tentaranya dan Bemadotte oleh "orang-orang dalam" dipuji sebagai: "Tidak tercela kehidupan pribadinya dalam masa ini. Ia suami yang baik, ayah yang baik, kawan yang baik, pemimpin yang baik dan dicintai oleh orang-orang sekelilingnya".

Ternyata Bemadotte terpilih pada tanggal 21 Agustus 1810 dengan suara 10 lawan dua.

Yang pergi ke Paris untuk mengabarkan keberhasilan ini tidak lain dari Count Gustav Moerner, bekas tawanan Bernadotte. Napoleon merasa kurang senang, tetapi tidak bisa menjilat ludahnya kembali.

Baca juga: Mistero Halevy's Charles VI, Pertunjukan Opera Terkutuk. Bahkan Napoleon Nyaris Menjadi Korbannya

Bernadotte mesti melepaskan pangkat marsekalnya dan gelamya sebagai Pangeran dari Pontecorvo dibeli kembali oleh Napoleon dengan harga 1 juta uang emas. Lalu Bemadotte menerima surat dari kaisar yang melarangnya mengangkat senjatamelawan Perancis.

Tapi Bemadotte berkata kepada Napoleon: "Akte pemilihan Swedia melarang saya mengadakan ikatan seperti ini. Kalau anda keberatan, saya akan menolak pilihan yang dijatuhkan kepada saya".

Kalau Napoleon tidak berani menolak mahkota, artinya Bernadotte lebih berani dari Napoleon kalau ia menolak tahta Swedia. Demikian katanya. Napoleon akhirnya merelakan rejeki nomplok yang menimpa Bemadotte.

Lebih suka memburu menlu

Bagaimana Desiree? Ia sama sekali masabodoh menerima kenyataan bahwa dirinya diangkat menjadi "Princesse royale" (puteri kerajaan) Swedia. Julie, kakaknya yang menikah dengan Joseph Napoleon pernah menjadi ratu Naples dan kini jadi ratu Spanyol. Bukankah Desiree juga pernah menjadi Puteri dari Pontecorvo?

Baginya gelar-gelar seperti itu dianggap biasa saja. Apalagi Napoleon sedang royal membagi-bagi tahta kepada saudara-saudaranya: Joseph mendapat tahta Spanyol, Louis menjadi raja Belanda, Jerome raja Wesphalia.

Baca juga: Dikirim untuk Berperang Menginvasi Rusia, Ratusan Ribu Pasukan Napoleon Ini Justru Mati Tragis dengan Cara Ini

Bernadotte bukan menjdapat tahta dari Napoleon, tetapi tahtanya paling awet. Keturunannya masih duduk di tahta sampai sekarang yaitu raja Carl XVI Gustav, suami Silvia Sommerlath.

Bernadotte benar-benar bermaksud untuk menjadi calon raja yang baik. Tindakan pertama yang ia lakukan ialah meminta raja Charles XIII dari Swedia untuk mengadopsinya.

Bernadotte menjadi Pangeran Charles-Jean. Walaupun ia tidak pemah bisa berbahasa Swedia, tapi Charles-Jean menunjukkan bahwa ia bukan lagi orang Perancis, melainkan orang Swedia.

Ratu Swedia, ibu angkat pangeran Charles-Jean merasa sangat beruntung mempunyai anak angkat seperti ini. Penghargaan dan cinta kasihnya kepada calon raja Swedia ini bertambah ketika pangeran bersama-sama dengan Sekutu (Inggeris dkk) mengangkat senjata melawan Napoleon.

Sebaliknya terjadi dengan Desiree. Ia tidak betah di Swedia. Tapi rupanya ia punya andil juga bagi Swedia, karena tahun 1814 dari Paris ia menulis surat kepada suaminya dan memberitahukan dengan persis gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Napoleon dan kekuatan tentara Perancis!

Baca juga: Bukan karena Serangan Musuh, tapi Inilah yang Menyebabkan Kehancuran Pasukan Napoleon Bonaparte di Rusia

Ketika Napoleon dipukul jatuh di Waterloo, Desiree masih ada di Perancis. Ketika Napoleon sudah dibuang ke Pulau St. Helene, Desiree masih juga ada di Perancis.

Tiga tahun kemudian, pada tahun 1818 raja Swedia meninggal. Bernadotte atau sekarang Pangeran Charles-Jean, naik tahta dengan nama Charles XIV. Hal ini tidak membuat Desiree – sekarang ratu Swedia — lebih betah di Swedia.

Suaminya memohon dengan sangat agar ia datang ke Swedia dan menetap di sana, tapi Desiree rupanya bukan ratu yang baik. Ia menolak. Pada saat itu ia sedang tergila-gila pada Menteri Luar Negeri Perancis, Due de Richelieu.

Perancis sudah diperintah lagi oleh seorang raja, Louis XVIII. la mengikuti Richelieu kemana-mana dan pelayan-pelayannya ia suap agar memberitahu setiap kali Richelieu pindah tempat.

Richelieu sampai jengkel sekali menghadapi wanita yang jatuh cinta kepadanya ini. Ia merahasiakan tujuan dan kepergiannya. Ia memilih tempat-tempat menginap yang paling suram dan paling buruk.

Tapi herannya ratu Swedia selalu bisa mencium jejaknya dan tiga jam sesudah kedatangan Richelieu!

Baca juga: Napoleon Bonaparte Itu Pendek, Satu dari 100 Mitos yang Ada di Situs Ini

Ketika Due de Richelieu meninggal, kesedihan ratu Swedia sama hebatnya dengan cintanya. Sekarang barulah ratu mau "pulang" ke Swedia. Tapi seumur hidupnya lidah Perancis Selatannya tidak bisa dipakai bicara bahasa Swedia.

Raja meninggal lebih dulu dari ratu dan Desidaria menjadi Ibusuri. Tahun 1855, Desidaria berumur 78 tahun ketika ia menyaksikan utusan kaisar Napoleon III (putera Louis Bonaparte) datang ke Stockholm untuk mengadakan perjanjian persahabatan antara Perancis-Swedia.

Utusan itu adalah Marsekal Canrobert. Sebelum berangkat, Napoleon III memanggil Canrobert, memintanya membeli buah-buah pir yang paling bagus untuk dibawa ke Swedia. Napoleon berpesan, kalau Canrobert diperkenalkan kepada Ibusuri, agar buah-buah itu diserahkan.

Katakan bahwa buah-buah ini berasal dari pohon- pohon pir di bekas rumah ibusuri di rue d'Anjou, pesannya.

Benar saja. Marsekal Canrobert dibawa menghadap ibusuri. "Ibusuri bicara sambil tidak henti-hentinya bergerak, sehingga saya repot mempergunakan telinga dan mata" demikian kata Canrobert kemudian.

Baca juga: Inilah Wajah Kaisar Legendaris Napoleon Bonaparte yang Terekam Jelas Melalui Topeng Kematian Napoleon Bonaparte

Ibusuri dengan bangga bilang: "Kaisar Napoleon (Napoleon III) saya tahu sejak lahir, semasa beliau kanak-kanak dalam buaian di rumah Hortense (Hortense de Beauharnais, isteri Louis Bonaparte, puteri Josephine de Beauharnais)!"

Mereka bicara perihal masa yang silam, rumah besar milik ibusuri, kebun-kebun pirnya. Tepat seperti ramalan Napoleon III "Bagaimana pohon-pohon pir saya tahun ini, ya? Apakah banyak berbuah?"

Nah, tibalah saatnya Canrobert mengeluarkan pir-pir yang dibelinya. "Pir-pir dari pohon Yang Mulia belum pernah sebagus tahun ini", katanya. Desidaria lantas lebih lancar lagi bicara.

Ia menanyakan apakah penjahit di rue de Richelieu masih ada dan mengenai pakaian-pakaian yang ia beli, juga tentang kerinduannya pada matahari Marseilles yang hangat.

Walaupun Desidaria masih menyaksikan cucunya naik tahta tapi ia tidak sempat lagi merasakan kehangatan matahari Marseilles dan bahkan juga Paris. Desidaria sempat memangku buyutnya yang kelak akan jadi raja dengan nama Gustav V dan raja Gustav V ini meninggal belum lama, tahun 1950!

Baca juga: Jika Diamati, Presiden Prancis Terpilih Emmanuel Macron Punya Kemiripan Wajah dengan Napoleon Bonaparte

Tanggal 17 Desember 1860, ketika sedang mengadakan perjalanan ibusuri merasa sakit di dalam kendaraan. Keadaannya lebih parah pada sore hari dan kemudian meninggal. Ia dimakamkan di gereja Riddarholrhen dan pada nisannya hanya ada nama Swedianya: Desidaria.

Beberapa bulan kemudian, perabot rumah-tangga dari rumah besarnya di rue d'Anjou dilelang. Di salah sebuah laci meja tulis terdapat semua surat-surat Napoleon Bonaparte untuknya. Tidak diketahui lagi siapa pembeli meja tulis tersebut.

Surat-surat asli dari Napoleon itu tidak diketahui ada dimana sekarang. Yang ada kini cuma salinannya. Mungkin pada suatu hari secara kebetulan orang akan menemukan surat-surat jenderal Napoleon yang rambutnya tidak tersisir baik itu untuk tunangannya, seorang gadis Marseilles yang mungil. (Andre Castelot dalam Historia Agustus 1976. Seperti dimuat di Majalah Intisari November 1976)

Baca juga: Tunjangan Napoleon Bonaparte di Pengasingan Pascakekalahan di Peperangan Waterloo Cukup Mewah

Artikel Terkait