Find Us On Social Media :

48 Tahun Wafatnya Bung Karno: Akhir Tragis Hidup Sang Proklamator

By Agustinus Winardi, Kamis, 21 Juni 2018 | 11:15 WIB

Intisari-Online.com - Setelah diberhentikan sebagai Presiden RI pada tahun 1967, Soekarno (Bung Karno) segera diperintahkan untuk meninggalkan Istana dalam waktu 2x24 jam.

Waktu sekitar 2 hari itu jelas merupakan waktu yang tidak cukup untuk melakukan perpindahan secara leluasa mengingat saat itu Bung Karno sedang sakit.

Ia kemudian tinggal di rumah Ibu Fatmawati di Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru, Jakarta dan tidak mendapat perlakuan yang layak sebagai mantan Presiden I RI dari pemerintah Orde Baru.

Tidak lama kemudian Bung karno dipindahkan oleh penguasa ke Bogor.

Baca juga: Maulwi Saelan, Ajudan Bung Karno Sekaligus Kiper Legendaris Indonesia yang Menahan Imbang Tim Terkuat Eropa

Saat itu Proklamator Kemerdekaan RI itu sedang dalam keadaan sakit ginjal yang makin parah sehingga wajahnya terlihat bengkak-bengkak.

Kemudian, atas permohonan keluarga, Bung Karno dipindahkan di Wisma Yaso (sekarang Museum Satria Mandala), Jakarta Pusat.

Pada 21 Juni 1970 tiga tahun setelah diberhentikan sebagai Presiden, Bung Karno meninggal dunia akibat menderita sakit ginjal kronis sehingga ginjalnya tidak berfungsi sama sekali.

Ia meninggal sebagai tahanan politik Orde Baru. Salah seorang keluarga Bung Karno menyatakan bahwa Bung Karno meninggal dalam keadaan sangat menderita karena selama sakit tidak diberi obat.

Baca juga: Ho Lopis Kuntul Baris, Slogan Bung Karno Mengajak Rakyat untuk Menggalang Kekuatan

Demikianlah akhir kehidupan seorang Proklamator yang begitu tragis. Padahal semasa menjabat sebagai Kepala Negara, Bung Karno cenderung mengampuni orang-orang yang membangkang atau sengaja melakukan gerakan makar terhadap pemerintah.

Menurut fakta sejarah, ternyata tidak ada satu pun pembangkang terhadap Bung Karno yang mendapat hukuman yang setimpal sejak masa revolusi kemerdekaan hingga masa PRRI/Permesta karena selalu dimaafkan oleh Bung Karno, bahkan sebagian besar diberi amnesti dan abolisi.

Sebaliknya, Bung karno, begitu jatuh dari jabatannya, kemudian dikurung dan tidak mendapat perawatan kesehatan yang layak sehingga meninggal dunia.