Advertorial
Intisari-online.com - Indonesia mungkin bukanlah negara yang difavoritkan untuk unjuk gigi dalam gelaran sepak bola di pentas dunia, seperti Piala Dunia.
Namun, siapa sangka Indonesia memiliki banyak kisah menarik di masa lalu yang mungkin tak banyak diketahui oleh sebagian orang.
Salah satunya Indonesia adalah salah satu negara pertama dari Asia yang mentas di Ajang Piala Dunia 1938, dengan nama Hindia Belanda kala itu.
Selain itu, kisah lain yang tak kalah fenomenal adalah, ketika Indonesia berhasil menahan Imbang tim terkuat Eropa Uni Soviet, tahun 1956 silam.
Kala itu, Uni Soviet adalah salah satu negara dengan sepak bola terkuat di Eropa, dengan gaya permainan keras dan disiplin khas Eropa Timur.
Baca Juga :Masih Ingat Kakek 75 Tahun yang Nikahi Gadis Berusia 25 Tahun? Begini Kondisi Keduanya Sekarang
Indonesia yang dipandang remeh temeh, tentu bukan apa-apa jika dibanding tim dari Eropa dengan tradisi sepak bola yang kuat bahkan hingga kini.
Namun, siapa sangka Indonesia justru berhasil menahan imbang Uni Soviet di pentas Olimpiade Melbourne.
Perjalanan Indonesia untuk masuk ke ajang tersebut juga diwarnai drama keberuntungan. Pasalnya, Taiwan yang menjadi lawan Indonesia di ajang kualifikasi, justru mengundurkan diri dengan sejumlah alasan.
Alhasil, Indonesia tak perlu mengeluarkan keringat, untuk lolos di Olimpiade Melbourne.
Selain itu, didalam tubuh tim Indonesia juga ada sosok yang tak kalah fenomenal yaitu Maulwi Saelan, kiper legendaris Indonesia, sekaligus Ajudan setia bung Karno.
Nama Saelan mungkin tak begitu dikenal di masa sekarang, namun namanya begitu bersejarah dalam sepakbola Indonesia.
Selain berjuang dengan keras di bawah mistar gawang, ia adalah sosok yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Ia juga merupakan sosok yang berhasil menahan gempuran Uni Soviet, Ketika tim Uni Soviet berhasil menembus palang pintu Indonesia, dengan sigap Saelan menghadangnya di depan mistar gawang.
"Saya jatuh bangun menahan serbuan Beruang Merah (Sebutan Uni Soviet/Rusia). Pokoknya, kami bertekad tidak menyerah. Waktu itu masih belum ada peraturan, kalau hasil pertandingan draw, harus dilakukan sudden death tendangan penalti."
Baca Juga :Meski Tak Punya Kaki, Kiper Indonesia Ini Menjadi Bintang Di Piala Dunia Tunawisma 2016
Kutipan tersebut dimuat di Harian Kompas yang terbit pada 4 Juni 2002.
Bahkan aksinya memaksa Uni Soviet bermain keras dan mengeluarkan tekel-tekel keras, ke arah kaki pemain Indonesia Ramang sang legendaris.
Kedua tim saling jual beli serangan, hingga menit-menit akhir, dan kiper Uni Soviet kala itu Lev Yashin juga menunjukkan kelasnya sebagai penjaga gawang terbaik dunia.
Hingga menit akhir Uni Soviet tak mampu menjebol gawang Maulwi Selan.
Namun, sayang tim perjalanan tim Indonesia harus berakhir setelah dua pemainnya cedera, dan setelah 36 jam kemuadian pertandingan tersebut diulang untuk menentukan pemenangnya.
Indonesia harus takluk dengan skor 0-4. Namun Saelan memastikan Indonesia kalah dengan cara terhormat.
Selain kariernya sebagai pemain sepakbola, Saelan juga seorang ajudan setia Bung Karno, pasca perhelatan sepakbola tersebut.
Pada tahun 1962, ketika Resimen Tcakrabirawa dibentuk.
Saelan dipanggil dan ditempatkan sebagai kepala staff kemudian menjadi wakil komandan saat Peristiwa G30S/PKI berkecamuk.
Saelan tak lupa begitu saja dengan impian masa kecilnya, untuk duduk di singgasana PSSI.
Pada tahun 1964, Saelan menduduki singasana federasi sepak bola Indonesia, PSSI.
Baca Juga :'Partikel Tuhan', Penemuan Gila yang Menurut Stephen Hawking Bisa Memicu Kiamat