Find Us On Social Media :

Protes Kekerasan Perempuan, Tiga Ribuan Celana Dalam Tergantung di Jalanan Afrika Selatan

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 6 Desember 2016 | 11:35 WIB

Tiga ribuan celana dalam tergantung di jalanan

Intisari-Online.com - Tiga ribuan celana dalam tergantung di jalanan Afrika Selatan. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap maraknya kasus kekerasan terhadap perempuan di negara yang terletak di ujung selatan Afrika ini.

Perlu diketahui, Afrika Selatan merupakan salah satu negara paling menakutkan bagi perempuan. Laporan terbaru menyebut, 53.617 perempuan diperkosa antara tahun 2014 hingga 2015. Angka ini juga menjadikan Afrika Selatan sebagai negara dengan tingkat pemerkosaan terhadap wanita tertinggi di dunia.

Baca juga: 1 dari 4 Perempuan di Asia Timur dan Pasifik Membiarkan Kekerasan Terhadap Perempuan

Oleh sebab itu, dua orang seniman perempuan di sana, Jenny Nijenhuis dan Nondumiso Msimanga, memutuskan untuk membuat instalasi seni di kota Johannesburg, Afrika Selatan yang diberi nama SA’s Dirty Laundry (jemuran kotor Afrika Selatan).

Di atas jemuran sepanjang 1,2 kilometer, tergantung tenggantungkan 3.600 pakaian dalam bekas, angka yang sama dengan jumlah perempuan yang diperkosa di Afrika Selatan setiap harinya menurut perkiraan dari Medical Research’s Council Center. Namun, instalasi ini juga dikritisi karena pemilihan studi oleh Medical Research’s Council Center.

Angka 3.600 ini dinilai terlalu besar dan jauh berbeda dari perkiraan Persatuan Bangsa-Bangsa yang menyebutkan “hanya” 132 wanita diperkosa di Afrika Selatan setiap harinya.

Menanggapi hal ini, Nijenhuis dan Msimanga berkata bahwa tidak ada penelitian dan perkiraan mengenai pemerkosaan yang akurat. Sebab, rasa malu korban menjadi salah satu faktor terbesar yang membuat angka perkiraan menjadi lebih rendah dari yang seharusnya.

“SA’s Dirty Laundry bermaksud untuk mengangkat kerahasiaan dan rasa malu yang menghantui kekerasan seksual yang, di samping penangan yang buruk oleh pemerintah dan polisi, membuat korban tidak mau melaporkan atau membicarakan mengenai hal tersebut,” ujar mereka.